D-ONENEWS.COM

Rakercabsus Partai Gerindra Hadirkan 6 Kandidat Cawali

Surabaya,(DOC) – Enam Calon Walikota (Cawali) dan Calon Wakil Walikota (Cawawali) yang mendaftar lewat Partai Gerindra Surabaya, bersaing ‘merebut’ hati para PAC Gerindra Surabaya.

Mereka mempresentasikan visi dan misinya dalam Rakercabsus DPC Gerindra Surabaya dalam acara Pemaparan visi dan misi cawali dan cawawali Surabaya periode 2016-2021 di Hotel Santika Jalan Gubeng, Minggu (7/6/2015).
“Jadi silakan para PAC untuk memberikan ranking kepada para cawali dan cawawali yang telah menyampaikan visi dan misinya. Ini adalah para cawali dan cawawali yang telah daftar ke partai kita,” ujar Ketua Tim Penjaringan DPC Gerindra Surabaya, AH Thony.

Dijelaskan AH Thony, bahwa Gerindra tidak hanya asal-asalan dalam memberikan penilaian atau ‘rangking’ terhadap para cawali dan cawawali. Selanjutnya ranking tersebut akan diserahkan ke DPC dan DPD, lalu ke DPP.
“Bagi para pemimpin parpol yang juga hadir, silakan juga ikut menilai cawali dan cawawali yang daftar lewat Gerindra,” tuturnya.

Setiap Cawali dan Cawawali mendapatkan waktu sekitar 15 menit. Yang pertama Bambang Kusudiarjo, Dhimam Abror, Sukoto. Ini sesuai dengan urutan pengembalian formulir pendaftaran. Selanjutnya adalah Sutjipto Joe Angga,  Antony Bachtiar,  Basa Alim Tualeka.
Sedangkan dr Benjamin, Wakil Ketua DPD Gerindra Jatim, yang sebelumnya telah mengambil formulir pendaftaran cawali tidak datang dalam acara Rakercabsus.

Demikian halnya dengan Wira Lina, Wakil Ketua DPD Gerindra Jatim yang juga telah mengambil formulir memilih untuk mundur dengan alasan orangtuanya tidak memberikan restu. Satu lagi nama Alan Surya Widjaja yang juga sudah mengambil formulir pendaftaran cawali tidak melanjutkan pencalonan karena terbentur regulasi yakni terkait umur. Pasalnya Alan baru berumur 23 tahun, sedangkan aturan KPU untuk cawali minimal berumur 25 tahun.
Dihadapan PAC-PAC, tiap cawali dan cawawali diberikan 5 pertanyaan oleh DPC Gerindra Surabaya. Diantaranya mengapa maju lewat Gerindra. Kemudian apa yang akan dilakukan untuk Surabaya. Juga bagaimana sosok pemimpin yang pas untuk Surabaya dan dilihat dari sudut pandang partai.
“Ini untuk mengetahui secara sekilas apa yang akan dilakukan oleh para cawali dan cawawali. Setidaknya kita semua tahu apa yang akan dikerjakan mereka yang akan kita usung nanti,” tandas AH Thony.

Sementara itu,   Basa Alim Tualeka, satu-satunya sosok yang mencalonkan dirinya sebagai Cawawali tampil menghibur dan cukup memukau. Dirinya  ingin menjadikan Surabaya yang lebih baik.
“Apapun harus saya akui bahwa Risma sukses, utamanya dalam 5 tahun ini. Jadi  Risma sudah tidak pantas untuk jadi walikota. Ini terlalu kecil, karena dia bukan hanya milik Surabaya. Bahkan duniapun mengakuinya,” katanya.

Makanya Jokowi sebagai pemimpin bangsa harus melihat dan menarik Rismaa ke pusat. Agar ada kader lain yang muncul.
“Kalau tetap di Surabaya berarti tidak level. Bisa jadi Risma belum memutuskan maju karena bisa jadi dilirik untuk jadi pejabat,”tuturnya yang disambut antusias oleh audien yang juga dihadiri para pemimpin parpol lainnya dalam lingkup KMP.

Ditambahkan dirinya siiap ‘melawan’ konsep Risma yang akan membangun monorel.
“Kita sudah pengalaman dengan bus tingkat. Karena waktu itu orang hanya pengen naik. Untuk monorel, surabaya  bukan Singapura, Batam dan Bali. Jadi harus dipikir ulang, karerma lama-lama orang akan tidak dipakai. Buat jembatan tol ring luar. Ini tidak akan macet. Konsep thawaf. Saya siiap datangkan investor dari Dubai,” jelasnya yang mampu menghipnotis para PAC Gerindra Surabaya.
Sedangkan Dhimam Abror berharap, baik dari DPC maupun DPP partai berlambang kepala burung garuda tersebut, mengeluarkan rekomendasi padanya untuk maju dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya desember mendatang.
“PAC adalah ujung tombak partai, jadi harus didekati. Semoga dari Partai Gerindra mengusung saya. Karena saya sangat berharap bisa maju melalui Partai Gerindra, karena partai ini merupakan partai terbesar kedua di Surabaya setelah PDI-Perjuangan,” tutur Abror
Diakui  pihaknya tidak khawatir dengan elektabilitas Wali Kota Surabaya, Tri Rismahari. Oleh sejumlah kalangan, orang nomor satu di Surabaya itu memiliki elektabilitas diatas 70%. Dia meyakini masih ada sebagian warga Surabaya yang berharap kota Surabaya bisa lebih baik dari sekarang. Soal kemenangan dalam pertarungan politik, khususnya dalam Pilwali, tidak ada yang pasti. Semua bisa berubah karena sifat politik itu dinamis. “Dalam politik tidak ada yang tidak mungkin. Apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Melalui Partai Gerindra, saya akan bangun koalisi partai besar tanpa melibatkan PDI-Perjuangan,” tandasnya.
Kemudian Sukoto menegaskan pihaknya  ingin warga Surabaya tahu apa yang akan dilakukan. Utamanya di tingkatan RW.
“Ide baik itu perlu saya sampaikan,” ujar Sukoto.
Menurut pria kelahiran Purworejo Jateng ini, yang akan saya lakukan bila jadi walikota salah satunya mengalokasikan pertahun setiap RW dana Rp 500 juta. Di
Surabaya terdiri dari 1400 RW.
“Jadi total Rp 700 miliar, itu baru 10 persen dari APBD Surabaya,” jelas pria 48 tahun ini.
Selain itu, Sukoto juga akan menggaransi bahwa Balai Kota adalah rumah rakyat. Nantinya  setiap jumat warga Surabaya bisa datang untuk open house.
“Jadi saya ingin menghilangkan batas antara pemimpin dan yang dipimpin,” tuturnya.(r7)

Loading...