D-ONENEWS.COM

Rupiah Terus Melemah Beberapa Pekan

Jakarta,(DOC) – Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Sejak, Senin(24/8/2015) kemarin, hingga Selasa(25/8/2015) hari ini, nilai tukar rupiah menembus level Rp. 14.090 per-dolar AS.

Anton H. Gunawan, Ekonom sekaligus Advisor di Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG), menilai rupiah masih akan bergejolak untuk beberapa waktu terakhir karena banyak sentimen yang memicu pelarian modal dari pasar uang.

Dari eksternal, investor menyoroti soal ketidakpastian rencana normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat dan ancaman depresiasi Yuan China dan Ringgit Malaysia.
“Kalau bicara year to date (Januari sampai hari ini), ringgit Malaysia itu mengalami depresiasi yang paling parah di kawasan Asean,” jelasnya kepada CNN Indonesia, Senin (24/8/2015) kemarin.

Investor dalam negeri, lanjut Anton, sebenarnya lebih banyak menunggu dan mengikuti strategis yang diambil oleh investor luar negeri. Sementara investor asing selain memperhatikan kondisi domestik Indonesia, juga mempertimbangkan peluang global.

“Kalau mau jujur, mereka yakin Indonesia masih lebih bagus di Asia dibandingkan beberapa emerging market seperti China yang sedang anjlok, Malaysia dan Thailand kena masalah politik,” tuturnya.

Sementara dari dalam negeri, lanjutnya, struktur ekonomi dan pasar uang Indonesia yang mirip-mirip dengan Malaysia turut berpengaruh terhadap pelemahan kurs. Indikatornya antara lain ketergantungan yang tinggi terhadap ekspor komoditas, serta kepemilikan asing yang cukup besar di pasar saham dan obligasi.

“Itu dua yang agak mirip. Walaupun di Indonesia saat ini tidak ada masalah politik yang berat seperti di Malaysia dan Thailand,” tuturnya.

Terlepas dari masalah eksternal tersebut, Anton mengatakan ada dua indikator ekonomi utama yang saat ini  menjadi perhatian dan pertimbangan investor pasar uang.  Pertama adalah perlambatan ekonomi, terutama dari sisi konsumsi yang melemah.

“Pembangunan infrastruktur yang diharapkan bisa meningkatkan konsumsi dan menahan perlambatan ekonomi, itu masih belum terlalu cepat. Karena memang ekspektasinya terlalu tinggi sebelumnya,” jelas Anton.

Faktor kedua adalah kejatuhan rupiah yang masih berlanjut. Menurutnya, selama kurs terus melemah, maka pemodal asing di portfolio akan memilih untuk keluar.

“Dari kedua faktor ini, kebijakan fiskal dan moneter diharapkan sejalan dalam mengatasi perlambatan ekonomi. Mau tidak mau harus fokus ke growth di samping melakukan stabilisasi pasar uang,” tuturnya.

Sementara itu, terpisah, melemahnya rupiah ini, membuat sejumlah pedagang valuta asing mulai mengalami peningkatan transaksi, akibat aksi jual warga yang memiliki dolar AS.

Di Ibukota, aksi jual dolar AS, terjadi di Dollar Time Money Changer dan Dollar Asia Money Changers.

Selama dua minggu terakhir, saat kurs dolar mulai melemah ke angka Rp 13.800 dan puncaknya kemarin Senin (24/8/2015) yang menembus angka Rp 14.000 lebih, transaksi dolar sudah mulai meningkat.

“Peningkatan nilai transaksi dua hingga tiga kali lipat‎ karena banyak masyarakat yang menukarkan uang dollar,” kata Taufan Rizaldi, Supervisior Dolar Time, Selasa (25/8/2015).(cc/bs/r7)

Loading...