D-ONENEWS.COM

Risma Sumpah, PDIP Tak Pernah Minta Mahar Politik

risma-wisnu-cawali-pdipSurabaya,(DOC) – Munculnya kabar soal Gubernur DKI Jakarta, Basuki Cahaya Purnama(Ahok) yang menolak dicalonkan PDIP karena di mintai bayar mahar politik, membuat Walikota Surabaya Tri Rismaharini gerah.
Ahok yang berencana mencalonkan lagi lewat jalur independen karena menghindari mahar politik, dianggap sangat berlebihan.
“Tidak begitu ceritanya. Demi Allah dulu tidak ada aku diminta-minta mahar. Aku ndak ngasih satu rupiah pun. Saya yakin Pak Ahok juga nggak dimintai uang. Kalau misal kita, Pak Ahok diminta deket dengan PAC, Ranting, itu ya iya-lah, kemudian mesin partai itu bergerak, ” kata Risma di depan wartawan di Balai Kota Surabaya saat menerima Wali Murid yang akan mengajukan Judicial Review UU Pendidikan, Jumat (11/3/2016).
Menurut Risma, sampai di bawah mesin di PDIP itu ada. Bukan cuma Ranting (tingkat desa) tapi Anak Ranting(tingkat RW). “Menurut saya itu (soal Ahok diminta mahar) medianya menerjemahkan sendiri. Aku orang baru (di PDIP) tapi aku juga gerak bareng orang PAC dan Ranting. Jadi ngga ada aku ngasih uang. Coba dicek. Tanya mereka ada ngga terima uang dari aku,” tambah Risma.
Tri Rismaharini memberi contoh proses pemilihan kepala daerah(Pilkada) Surabaya periode 2015 lalu, bahwa Ia juga turun bersama mesin partai PDIP. “Aku kemarin turun kan juga sama mereka, sama PAC, sama Ranting tapi ngga ada yang namanya mbayar. Coba tanya PAC ada ngga yang terima uang dari aku. Ngga ada,” jelasnya.
Saat Pilkada Surabaya, Ia juga membentuk relawan pemenangan untuk terjun hingga di tingkat masyarakat. Namun hal itu, bukan berarti mesin politik partai tidak bergerak. Mereka bergerak secara bersamaan. “Karena kalau mau menang, ya kita harus gandeng semua, misalnya saya kemarin surveynya berapa. Misal PDI suaranya sekitar 30%. Kita punya suara segini. Kita mau menang segini. Kita butuh relawan dari masyarakat. OK, kita nggandeng masyarakat. Kita gerakkan relawan. Tapi mesin partai juga harus gerak. Kalau mau menang ya dua-duanya harus gerak. Dari masyarakat dan mesin partai. Kalau tidak begitu mana bisa menang segitu besar. Jadi tidak berarti kemudian kita misah. Bukan,” urai Risma.
Di akui Risma Mesin politik PDIP cukup bisa diandalkan untuk memperoleh suara. “Kalau mereka itu, ini untuk partai gitu, langsung kerja mereka. Langsung gerak ke bawah. Itu seperti ada ideologisnya, jadi kalau sudah gerak, gerak semua sampai bawah,” Tegasnya.
Mendekati Pilkada Surabaya lalu, Risma menegaskan, survey elektabilitasnya memang tinggi, namun dirinya tidak mempunyai keinginan untuk maju lewat jalur independen. Karena Ia mempunyai pendapat, bahwa jabatan adalah amanah. “Fatsunnya, di agama itu tidak boleh minta jabatan. Kenapa aku ngga independen? Kalau aku independen berarti aku punya nafsu untuk cari jabatan itu. Kemudian saya diberikan kepercayaan. Nah itu bagian dari amanah. Jadi bedanya di situ,” pungkas dia.(r7)

Loading...