Rieke Diah Pitaloka Tekankan Kemandirian Gula dan Bioetanol Nasional

Penghapusan Pajak, Bukti Keberpihakan pada Petani TebuMojokerto,(DOC) – Anggota Komisi VI DPR RI Rieke Diah Pitaloka mengunjungi Pabrik Gula (PG) Gempolkrep, unit usaha PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Kunjungan ini menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam mewujudkan kemandirian industri gula dan energi berbasis tebu nasional.

Dalam kunjungan tersebut, Rieke mengapresiasi langkah cepat pemerintah menyelesaikan persoalan penyerapan gula petani yang sempat menumpuk sekitar 100 ribu ton. Ia menyebut, masalah itu kini teratasi berkat koordinasi lintas kementerian dan dukungan langsung Presiden Prabowo Subianto.

Bacaan Lainnya

“Kemarin ada petani yang gulanya belum terserap sekitar 100 ribu ton. Terima kasih kepada Presiden Prabowo yang merespons cepat, serta dukungan dari pimpinan Komisi IV DPR RI, Ibu Titiek Soeharto. Lewat koordinasi lintas kementerian, akhirnya keluar anggaran sekitar Rp1,5 triliun dari kas negara untuk membantu penyerapan gula petani,” ujar Rieke, Senin (4/11/2025).

Anggaran sebesar Rp1,5 triliun itu menugaskan dua BUMN pangan, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), untuk membeli gula petani yang belum terserap pasar.

Penghapusan Pajak, Bukti Keberpihakan ke Petani Tebu

Rieke juga mengapresiasi kebijakan pemerintah menghapus Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 sebesar 1,5 persen atas penjualan gula petani. Ia menilai, langkah ini menunjukkan keberpihakan negara terhadap petani tebu.

“Terima kasih juga kepada Kang Purbaya yang memperjuangkan penghapusan PPh Pasal 22. Kebijakan ini meningkatkan daya saing petani dan memperkuat industri gula nasional,” ujarnya.

Selain membahas penyerapan gula, Rieke menyoroti pentingnya pengembangan produk turunan tebu, terutama molases (tetes tebu). Menurutnya, molases memiliki nilai ekonomi tinggi karena bisa diolah menjadi bahan baku industri makanan, farmasi, kosmetik, hingga energi terbarukan (bioetanol).

“Selama ini kita mengenal tebu hanya sebagai bahan gula. Padahal, molases bisa menghasilkan etanol. Ini peluang besar menuju kemandirian energi berbasis tebu. Apalagi, pada 2027 Indonesia akan memasuki program E10, campuran 10 persen etanol dalam bahan bakar,” jelas Rieke.

Baca Juga:  Dewan Pers: Pilkada Jatim 2024 Harus Hadirkan Kompetisi dan Demokrasi yang Sehat

Ia mengajak seluruh pihak mulai petani, industri, akademisi, hingga BUMN — bersatu mendukung transformasi sektor gula nasional.

“Perjuangan kita bukan hanya untuk swasembada gula, tapi juga untuk Save Molases Nasional. Mari bersama mendukung langkah Presiden Prabowo memperkuat keberlanjutan industri gula Indonesia,” tegasnya.

PG Gempolkrep menjadi salah satu pabrik strategis milik SGN yang berperan penting dalam rantai pasok gula nasional. Melalui program transformasi dan modernisasi, pabrik ini terus meningkatkan efisiensi, kualitas rendemen, dan kemitraan dengan petani tebu di Jawa Timur.

Kunjungan kerja ini menegaskan komitmen DPR RI, pemerintah, dan BUMN pangan dalam memperkuat ekosistem industri gula nasional, tidak hanya menuju swasembada gula, tetapi juga mendorong kemandirian energi terbarukan berbasis tebu sebagai bagian dari kedaulatan pangan dan energi Indonesia.(ode/r7)

Pos terkait