D-ONENEWS.COM

Pandemi Berlalu Hewan Peliharaan Banyak Dibunuh di Negeri Paman Sam

Surabaya, (DOC)Pandemi Covid-19 bukan hanya masyarakat yang menderita, tapi juga hewan-hewan peliharaan.

Bagaimana tidak, disaat masyarakat tengah menjalani work from home (WHF) mereka mencari hiburan dengan mengadopsi hewan peliharaan. Setelah pandemi berlalu, hewan peliharaannya di kembalikan ke rumah – rumah penampungan.

Hal ini seperti yang terjadi di Amerika Serikat, dimana para pekerja untuk menghilangkan rasa bosan saat bekerja di rumah, mereka mayoritas memelihara anjing atau kucing. Namun usai pandemic selesai, masyarakat di negeri Paman Sam ini menitipkan hewannya ke tempat-tempat penampungan, ketika mereka sudah boleh beraktivitas di luar rumah.

Data dari American Society for the Prevention of Cruelty to Animals (ASPCA) yang dilansir Kompas.com, terdapat lima rumah tangga yang mulai memelihara hewan sejak pandemi, kemudian setelah pandemi berakhir, hewan peliharaannya tersebut dikembalikan ke berbagai tempat penampungan. Mayoritas semua warga disana melakukan hal yang sama.

Seekor anjing yang sempat diadopsi selama pandemi, kini tinggal di Zeus Rescue, tempat penampungan hewan di New Orleans, AS,” ungkap Michelle Ingram, Direktur salah satu tempat penampungan hewan peliharaan di New Orleans AS yang bernama Zeus Rescue.

Michelle Ingram menjelaskan, terdapat seekor anjing yang sempat diadopsi selama pandemi, dan sekarang tinggal di Zeus Rescue.

“Dia tadinya bermain 24 jam tujuh hari seminggu, mendapat semua perhatian dari pemiliknya,” ujarnya.

Pemilik dari anjing itu, lanjut Michelle, sudah kembali bekerja dan anjing ini tidak tahu harus berbuat apa. “Akibatnya, perilaku anjing akan mulai negatif, itu menjadi salah satu alasan pengembalian adopsi,” ungkapnya.

Menurutnya, kejadian seperti ini sudah banyak terjadi. Bahkan hewan peliharaan yang dikembalikan oleh sang pemilik meningkat empat kali lipat.

Sejumlah tempat penampungan hewan termasuk Zeus Rescue, banyak yang menolak pengembalian hewan peliharaan lantaran tempat penampungan sudah penuh.

“Di saat tempat penampungan penuh dan orang-orang tidak mengadopsi karena berlibur atau hewan dikembalikan kepada kami, kami kelebihan populasi hewan peliharaan,” tandasnya.

Dalam kondisi seperti ini, kata Michelle, pastinya terdapat konsekuensi yang tidak menguntungkan. Dengan terpaksa, pemilik tempat penampungan harus mematikan beberapa hewan peliharaan agar tempatnya tidak penuh.

“Hewan peliharaan yang dimatikan seharusnya masih layak diadopsi,” jelasnya

Ia menandaskan, jumlah orang yang bersedia mengasuh juga mengalami penurunan yang akhirnya berdampak pada tempat penampungan hewan.

Kondisi di negeri Paman Sam tersebut, kembali di tegaskan oleh Vice, president ASPCA, Christa Chadwick yang menyatakan bahwa fenoma ini telah berlasung di sebagian besar masyarakat wilayah Amerika. Namun demikian, hal ini bukanlah menjadi krisis nasional.

“Kami bermitra dengan ratusan tempat penampungan di seluruh Amerika. Kami memindahkan hewan ke tempat-tempat di mana hewan-hewan itu memiliki peluang lebih besar untuk diadopsi,” terangnya.

Sampai hari ini, Kamis(29/7/2021), ASPCA mencatat sudah merelokasi 17 ribu hewan peliharaan.

Chadwick menjelaskan, manusia dan hewan peliharaan akan menjadi baik, apabila mereka hidup bersama-sama. “Kita harus melakukan apa yang kita bisa untuk memastikan hubungan itu bertahan, meski di masa-masa yang paling sulit,” pungkasnya. (Fr/Kompas)

Loading...