Surabaya,(DOC) – Hasil rapat antara Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Surabaya serta Persebaya, Rabu (22/1/2020) belum sepenuhnya membuat Bonek (julukan pendukung Persebaya) puas. Masih terbesit kekhawatiran di benak Bonek bahwa Pemkot akan kembali memberi harapan palsu, seperti yang sudah-sudah.
Hal itu diungkapkan oleh Husin Ghozali, salah satu perwakilan Bonek dari kelompok GreenNord yang ikut rapat bersama Dispora dan Persebaya. Dia meminta Pemkot kali ini lebih berkomitmen terhadap janjinya. Komitmen itu tentu dilakukan atas dasar ketulusan bukan atas kepentingan politik karena mendekati Pemilihan Wali Kota (Pilwali) 2020.
âKarena bukan satu, dua kali loh Pemkot tidak bisa berkomitmen terhadap keputusannya sendiri,â ujar pria yang akrab disapa Cak Cong itu.
Dia mencontohkan komitmen Kepala Bappeko Surabaya Eri Cahyadi ketika menyegel Wisma Karanggayam. âSaat itu Eri bilang tidak ada penyegelan, pengosongan, pengembokan? Ternyata lidahnya memang tak bertulang. Buktinya sekarang,â ujar Cak Cong.
Cak Cong menjelaskan, dulu pernah beredar video soal statemen Eri Cahyadi di media terkait polemik penggunaan Wisma Persebaya di Karanggayam, Tambaksari. Kemudian video itu beredar ketika Pemkot melakukan pengosongan dan penggembokan Wisma Persebaya.
Ia menyebut, bahwa tindakan itu bisa berdampak pada pembinaan usia dini lantaran di wisma dan lapangan bola tersebut, pembibitan skuad muda Persebaya dilakukan sampai pelaksanaan kompetisi internal.
Saat itu, kata dia, para Bonek sempat risau, karena dari lapangan Karanggayam itulah terlahir para pemain hebat. Baik dari mereka yang masuk skuad muda Persebaya, maupun mereka yang mengawali karir dari kompetisi internal Persebaya.
Cak Cong menambahkan, dalam video itu, Eri memang sempat memberikan angin segar. Dia menyampaikan di hadapan manajemen Persebaya dan media bahwa semuanya hanya miskomunikasi. Namun faktanya, sampai sekarang Persebaya tak bisa memanfaatkan lapangan Karanggayam. Manajemen Persebaya dan Bonek pun memilih berjuang di jalur hukum, lewat gugatan di pengadilan.
Cak Cong berharap sikap Pemkot yang melunak memberikan izin penggunaan Gelora Bung Tomo (GBT) dan Gelora 10 November bukan karena adanya ASN (aparatur sipil negara) di lingkungan Pemkot yang digadang-gadang bakal jadi calon wali kota.
Kekhawatiran Cak Cong tidak berlebihan. Sebab, sejak Persebaya kembali ke Liga Indonesia, Green Force tak pernah mendapatkan izin berlatih di Gelora 10 November. Padahal tim lain seperti Madura United dan Persipura mendapatkan izin penggunaan lapangan bersejarah tersebut.
Dia mengkritik Tri Rismaharini yang mendekati Bonek hanya ketika akan ada pemilihan wali kota, atau ketika Persebaya berprestasi. âDulu waktu pemilihan, pakai syal bonek bilang ibuke bonek. Tapi setelah jadi seperti ini. Sama ketika Persebaya U-20 juara, disambut, tapi ketika Persebaya ada masalah seperti ini hilang entah ke mana,â jelasnya.(r7)