D-ONENEWS.COM

Kampanye di Masa Pandemi, PSI Manfaatkan Kekuatan Medsos untuk Er-Ji

Surabaya,(DOC) -Masa kampanye pilkada Surabaya 2020 sudah berjalan setengah babak, tim kampanye kedua paslon juga bergerak masif ke seluruh wilayah kota Surabaya. Namun, ada  kekhawatiran sejumlah  warga Surabaya atas risiko penyebaran Covid-19.

Ada warga yang khawatir acara-acara kampanye justru akan menimbulkan klaster baru, terlebih ada kandidat pilkada pernah terpapar virus Covid-19.

Ketua tim PSI untuk pemenangan paslon nomor urut 1 Eri Cahyadi-Armuji, Erick Komala SH mengatakan, bahwa memang risiko penyebaran Covid-19 besar bila tidak menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. “Kampanye tatap muka yang diadakan  PSI menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat,”ujar dia, Selasa (3/11/2020).

Dia menuturkan di pintu masuk lokasi kampanye PSI selalu terlihat ada tempat cuci tangan, hand sanitizer, masker medis, thermogun, dan faceshield.

Panitia pun semua lengkap memakai masker dan faceshield. “Penerapan protokol kesehatan yg ketat ini kami lakukan untuk memberikan rasa aman warga yang mau datang mendengarkan paparan visi-misi Mas Eri” ungkap Erick.

Selain penerapan protokol kesehatan di lokasi, Erick juga mengatakan, bahwa semua juru kampanye PSI melakukan rapid test dan test PCR secara rutin dan hasilnya selalu negatif. “Jadi, bukan sekadar pernyataan keterangan sembuh dari dokter ya, tapi hasil tes negatif. Jangan sampai juru kampanye menjadi super spreader di masa pandemi ini,”tegas dia.

Lebih jauh, Erick menjelaskan, kampanye melalui media online pun gencar dilakukan terutama melalui akun sosial media. PSI merupakan partai anak muda yang memanfaatkan sosial media  sejak Pileg 2019.

“Sosial media adalah salah satu kekuatan utama PSI dalam berkampanye, begitu pula dalam kampanye kali ini kami juga full power di sosial media.” terang Erick  yang juga seorang advokat.

Menurut dia,  tantangan kampanye di sosial media adalah berita-berita hoax, disinformasi, serta framing dukungan dengan memotong penyataan tokoh. Hal ini menurut Erick selalu terjadi dalam masa kampanye baik pileg, pilkada maupun pilpres.

“Dalam kampanye di sosial media saat pemilu apapun, selalu ada aja yang memberikan disinformasi, ada tokoh mendukung padahal sebenarnya sebagai rohaniawan selalu netral. Nah, disinformasi seperti ini lah yang merugikan masyarakat. Ini masa kampanye loh, seharusnya mendapatkan informasi yang benar dan detail tentang calon maupun program-programnya” pungkas dia.(dhi)

Loading...

baca juga