D-ONENEWS.COM

Nama Ilmuwan Indonesia Masuk Daftar 100 Orang Paling Berpengaruh 2021

Jakarta (DOC) – Ilmuwan Indonesia Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D kembali masuk dalam orang yang berpengaruh di dunia.

Nama Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D pada tahun 2020 masuk dalam daftar 10 ilmuwan berpengaruh dunia menurut jurnal ilmiah Nature.

Kemudian, peneliti utama World Mosquito Program Yogyakarta ini masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh 2021 versi majalah Time.

Akademisi Universitas Gadjah Mada ini masuk dalam kategori pionir, bersama dengan Billie Eilish dan Sunisa Lee.

Ulasan tentang Adi Utarini di Majalah Time ditulis langsung oleh Melinda Gates, salah satu wanita terkaya di dunia yang juga aktif dalam kegiatan filantropi.

Adi Utarini berhasil memberikan terobosan hebat dalam dunia sains dan kesehatan lewat penelitiannya bersama World Mosquito Program.

Saat tahu namanya masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh 2021, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D menyampaikan rasa syukur.

“Bersyukur, itu buat saya kan artinya apa yang dirintis oleh seluruh tim WMP (World Mosquito Programme) Yogyakarta sejak 2011 sampai dengan saat ini diapresiasi, dihargai dan disemangati oleh berbagai pihak,” ujar Adi, dilansir dari Kompas.com, Minggu (19/9).

Adi Utarini menyampaikan apa yang diraih saat ini tidak hanya menjadi kebanggaan tim peneliti. Namun juga mudah-mudahan menjadi kebangaan Yogyakarta dan Indonesia.

Adi dan tim selama ini fokus dan berusaha mengerjakan penelitian dengan sebaik-baiknya.

Peneliti utama World Mosquito Program Yogyakarta ini tidak pernah berpikir disandingkan dengan sejumlah orang penting dunia.

“Kami terus terang enggak pernah terus berpikir bahwa ini kita disejajarkan, itu tidak ya. Kita tidak berpikir seperti itu. Kita berpikirnya berusaha mengerjakan penelitian ini dengan sebaik-baiknya yang kita mampu, kalau kemudian itu diapresiasi ya alhamdulilah, bersyukur,” jelasnya.

Berbagai apresiasi dan penghargaan, lanjutnya, memang harus disyukuri. Namun, berbagai penghargaan tersebut bukan lantas membuat berpuas diri dan jumawa.

“Saya tidak ingin hal-hal (penghargaan dan apresiasi) seperti ini membuat kita lengah, lalu kita sombong, lalu kemudian juga kita menganggap penelitian ini sudah sangat sempurna, itu tidak,” ucapnya.

Adi Utarini menyampaikan rasa bangga dengan tim peneliti WMP Yogyakarta, masyarakat Yogyakarta dan pemerintah daerah. Selain itu juga Yayasan Tahija yang selama ini menjadi patner.

“Tanpa itu semua apalah artinya peneliti, peneliti juga tidak bisa berbuat banyak. Doa kita cuma satu, mudah-mudahan ini membuat jalan lebih banyak masyarakat bisa memperoleh manfaat, kita sekarang kan juga masih menyebar tahun di daerah Sleman, tahun depan Bantul,” kata Adi.

Dijelaskan Adi Utarini, uji efikasi Wolbachia selesai pada Agustus 2020. Setelah itu, fokus dalam implementasi teknologi Wolbachia di Kabupaten Sleman.

Program ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Sleman melalui program Si Wolly Nyaman atau Wolbachia- Nyamuk Aman Cegah DBD di Sleman.

“Program yang sedang berlangsung, kami menitipkan telur nyamuk ber-Wolbachia di rumah orangtua asuh dan fasilitas umum,” tuturnya.

Penggantian telur nyamuk ber-Wolbachia dilakukan setiap 2 minggu sekali dalam periode 6 bulan.

Setelah penitipan, diharapkan persentase Wolbachia mencapai 60 persen atau lebih dan akan memberikan proteksi dari ancaman DBD.

Pada Agustus 2020, World Mosquito Programme (WMP) Yogyakarta menyampaikan hasil penelitian yang menunjukan di wilayah yang menerapkan Wolbachia, angka kejadian kasus demam berdarahnya mengalami penurunan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa di wilayah yang menerapkan Wolbachia, angka kejadian demam berdarahnya 77 persen lebih rendah dibandingkan wilayah yang tanpa Wolbachia.

“Wolbachia terbukti efektif menurunkan kasus DBD sebesar 77 persen. Serta menurunkan kasus DBD yang dirawat di Rumah Sakit sebesar 86 persen,” jelasnya. (kc)

Loading...