D-ONENEWS.COM

Penyandang Disabilitas di Solo Optimistis Usaha Jahitnya Makin Berkembang dengan Intervensi Kemensos

 

 

Surakarta (DOC) – Senyum bahagia mengembang di bibir Sri Hartanti. Nama penyandang disabilitas ini masuk salah satu penerima bantuan untuk usahanya dari Kementerian Sosial.

Sudah sekian tahun sejak usaha menjahit ia tekuni, baru kali ini mendapat bantuan pemerintah. Ucapan syukur terlontar ketika Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso di Surakarta memberinya bantuan mesin obras berikut mejanya. Selain itu ia juga mendapat sembako untuk kebutuhan sehari hari.

“Alhamdulillah, saya diberi bantuan mesin obras, saya sudah ndak usah repot-repot harus pergi obras di tempat lain. Saya senang sekali. Apalagi bantuannya ngga hanya mesin obras. Saya juga dapat sembako,” ucap perempuan 46 tahun itu dengan mata berkaca-kaca.

Mesin obras adalah alat yang didambakannya. Dulu, ia mesti mengantarkan bahan pakaian yang akan diobras ke toko lain. Sebagai penderita lumpuh layu, ia memiliki mobilitas terbatas dan tentu pergerakan ini membutuhkan upaya ekstra. Kini dengan bantuan mesin obras dari unit pelaksana teknis (UPT) milik Kemensos itu, ia tidak perlu repot mengobras ke tempat lain.

“Saya ndak bisa jalan sejak usia satu tahun. Waktu itu kata ibu saya, sedang belajar jalan. Sakit panas, terus disuntik sama mantri (tenaga Kesehatan), eh disuntik terus kalau lagi panas, terus lemes, akhirnya saya ndak bisa jalan sampai sekarang,” kenang ibu dua anak ini.

Hidup sebagai penyandang disabilitas tidak mudah, namun dilakoninya dengan lapang dada. Sri kembali mengenang pada saat sekolah, SD dan SMP ia bersekolah di Sekolah Luar Biasa. Namun menginjak bangku SMA, ia mengalami diskriminasi dari teman-temannya.

“Waktu SMA itu, saya minder karena dianggap lemah oleh teman-teman, yang mau bergaul dengan saya hanya satu atau dua orang. Karena itu saya berpikir waktu itu saya harus menunjukkan kalau saya mampu,” kata warga Norowangsan RT 04 RW 13, Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Surakarta.

Kini Sri Hartanti sudah menikah. Meskipun sang suami juga penyandang disabilitas, mereka tetap berjuang mengupayakan kesejahteraan untuk keluarganya. Sri menjahit baju dan sang suami berjualan es.

“Untuk menjahit, pendapatan sebulan sekitar Rp1,5 juta, suami juga berjualan es pendapatannya cukup untuk hidup seadanya. Alhamdulillah mendapat bantuan meja jualan es dan peralatannya, semoga bisa lebih laris,” ujar Sri.

Sri berharap dapat lebih cepat menyelesaikan permintaan jahitan dari pelanggannya. Ia bertekad selalu mandiri, tidak mengandalkan lingkungan sekitarnya, bahkan sangat ingin meringankan beban suami dan keluarganya.

Bantuan kepada Sri Hartanti diberikan dalam rangka Kampanye Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas yang diselenggarakan Sentra Prof. Dr. Suharso Surakarta. Total ada 4 orang penyandang disabilitas penerima bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi).

Bantuan Atensi untuk Klaster Disabilitas sebagai modal usaha, di antaranya berupa peralatan obras untuk menjahit baju, perlengkapan membuat kue, peralatan berjualan es dan motor roda tiga untuk keperluan mobilitas usaha penyandang disabilitas, total nilai Rp. 85.568.500.

“Bantuan menyasar pada penyandang disabilitas, karena memiliki hak yang sama dengan orang lainnya, negara melalui Kementerian Sosial memiliki tugas untuk melindungi dan memfasilitasi pemenuhan hak-hak mereka,” kata Plt Kepala Sentra Terpadu Dr. Soeharso di Surakarta Supriyono, pada saat penyerahan bantuan.

Sejalan dengan Undang-undang Disabilitas Nomor 8 tahun 2016, penyandang disabilitas memiliki 22 hak dasar yang dapat dipenuhi. Dengan bantuan mesin obras ini, ada 3 hak Sri sebagai penyandang disabilitas telah terpenuhi, yaitu hak kewirausahaan, hak kesejahteraan sosial dan hak hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat. (r6)

Loading...

baca juga