Surabaya, (DOC) – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, telah meresmikan program “1 kelurahan 1 ambulans” di halaman Balai Kota. Program ini bertujuan menyediakan layanan kesehatan darurat bagi pasien berobat secara gratis. Langkah ini di ambil memastikan warga mendapatkan pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat.
Eri Cahyadi menekankan pentingnya waktu tanggap (response time) dalam menjaga keselamatan nyawa manusia. Waktu tanggap ini di klasifikasikan dalam dua aspek utama. Pertama, pengantaran pasien ke fasilitas kesehatan terdekat dengan ambulans.
“Semakin cepat ambulans tiba dengan skema pertolongan pertama yang memadai dan alat yang lengkap, semakin besar kemungkinan pasien selamat dan sembuh. Program ini penting agar akses ambulans semakin dekat dan cepat hingga ke kampung-kampung,” jelas Eri Cahyadi.
Eri juga menegaskan bahwa warga tidak boleh terlambat mendapat layanan kesehatan darurat ini. Terlebih mengenai ambulans atau karena kebingungan mencari kendaraan.
Aspek kedua adalah penanganan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pemkot Surabaya telah menetapkan waktu tanggap di IGD rumah sakit daerah.
“Misalnya, kategori prioritas 1 dengan response time di IGD harus 5 menit untuk kasus henti jantung atau stroke. Juga ada prioritas 2 untuk masalah lain. Semua sudah di atur dalam SOP demi kepentingan pasien,” ungkapnya.
Menurut Eri, perpaduan kecepatan respons ambulans dan IGD akan meningkatkan pelayanan kepada warga.
“Dengan program satu ambulans satu kelurahan ini, kita tidak hanya fokus pada kecepatan respons ambulans, tetapi juga pada penanganan di IGD,” tambahnya.
Eri juga menyebutkan data Kementerian Kesehatan (2019) yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara di ASEAN dengan kunjungan pasien IGD tertinggi, mencapai 4,4 juta kunjungan.
Di Surabaya, Eri ingin memastikan waktu tanggap penanganan pasien benar-benar cepat dan tepat.
Seiring meningkatnya penyakit tidak menular seperti henti jantung, stroke, dan hipertensi, kesiapsiagaan di perlukan untuk menyelamatkan nyawa.
“Di satu sisi kita hadirkan ambulans untuk pelayanan darurat. Namun di sisi lain, kita juga punya program Satu RW Satu Nakes untuk mempromosikan budaya hidup sehat,” terangnya.
Selaras dengan Program 1 RW 1 Nakes
Layanan “1 kelurahan 1 ambulans” juga berhubungan dengan program “1 RW 1 tenaga kesehatan (nakes)”. Jika ada warga yang membutuhkan layanan kesehatan darurat, dapat segera di layani. Bahkan, jika perlu rujukan ke Puskesmas atau Rumah Sakit, ambulans kelurahan siap membantu.
“Dengan program ini, harapan hidup warga Surabaya bisa lebih panjang dan sehat,” harap Eri.
Eri juga berterima kasih kepada para pemilik ambulans swadaya yang mendukung program ini, yang merupakan hasil sinergi antara Pemkot Surabaya dan warga atau lembaga yang memiliki ambulans.
“Terima kasih kepada pengelola ambulans yang telah bersinergi dengan Pemkot Surabaya. Model seperti ini menunjukkan bahwa manfaatnya kembali kepada warga,” tambahnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Anna Fajriatin, mengungkapkan bahwa waktu tanggap darurat untuk layanan ini adalah 15 menit. Namun, target ke depan adalah 7 menit seperti mobil Pemadam Kebakaran.
Ambulans pemkot dan swadaya masyarakat diintegrasikan dengan layanan Command Center (CC) 112. Melalui layanan 112, ambulans akan diarahkan sesuai permintaan warga di setiap wilayah kelurahan yang membutuhkan.
“Total ada 208 ambulans, terdiri dari 96 unit swadaya masyarakat, 15 unit dari Dinsos, dan 97 unit dari Dinkes Surabaya. Dengan 153 kelurahan di Surabaya, setiap kelurahan sudah memiliki satu atau lebih ambulans dengan sistem terpadu,” pungkas Anna. (r6)