D-ONENEWS.COM

KEPRUK KENDIL

Tiap tujuhbelasan di kampung-kampung digelar pelbagai macam perlombaan dan permainan rakyat. Banyak simbolisme yang bisa kita maknai dari permainan-permainan itu.

Salah satu yang paling populer adalah kepruk kendil. Jelas ini simbolisme perlawanan melawan penjajah. Ngepruk kendil ibarat ngepruk ketidakadilan dan kesengsaraan akibat cengkeraman penjajah.

Dengan mata tertutup, senjata sederhana seperti pentungan kayu, rakyat berani melawan penjajah. Mata yang tidak melihat menjadikan rakyat harus meraba-raba tak tentu arah dalam menyerang. Tapi, sekali tepat sasaran hancurlah kendil penjajahan. Air dalam kendil adalah simbolisme darah yang harus menyimbah dari tubuh rakyat.

Balap karung adalah simbolisme perlawanan melawan fasisme Jepang. Di bawah penjajahan Jepang rakyat makan bulgur dan berpakaian karung. Bekupon omahe doro, melok Nipon tambah sengsoro, maka karung lambang penjajahan itu harus diinjak-injak supaya bebas dari penjajahan.

Berlari sekuat tenaga meski kaki terkekang karung goni, dengan modal seadanya rakyat melawan berbekal semangat menyala untuk merdeka.

Lomba nyunggi tampah sambil berlari menjaga kecepatan dan keseimbangan. Tampah adalah tempat menampung beras lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Lepas dari penjajahan, kesejahteraan dan keadilan harus kita perjuangkan, dua-duanya harus seimbang dalam kecepatan. Gagal dalam keseimbangan akan jatuh dan gagal pula rakyat mendapatkan cita-cita kesejahteraan.

Lomba kelereng dalam sendok yang digigit sambil berlari adalah lambang harapan di depan mata yang harus dikejar dan diperjuangkan. Awas, harus cermat dan hati-hati, karena kalau tidak, kaki akan tesandung dan kelereng akan jatuh, cita-cita di depan mata melayang berantakan.

Lomba uang logam terjepit di buah pepaya adalah simbol perjuangan tak kenal lelah dalam meraih kebahagiaan yang tersembunyi. Kerja keras tak kenal lelah adalah kunci mendapatkan uang logam tersembunyi itu. Tak peduli muka harus hitam coreng-moreng kena jelaga, perjuangan tak pernah boleh berhenti.

Kerupuk adalah simbol makanan rakyat yang sederhana. Lomba makan kerupuk adalah simbolisasi perjuangan rakyat jelata yang bahkan harus mati-matian sekadar untuk mendapatkan kerupuk. Kemerdekaan adalah pintu rahmat, tapi perjuangan menuju kesejahteraan masih panjang dan harus melewati periode penderitaan makan kerupuk.

Panjat pinang adalah simbolisasi cita-cita tertinggi perjuangan bangsa Indonesia. Jauh, tinggi, licin, penuh jebakan dan marabahaya. Sehebat apapun seseorang tak mungkin bisa menggayuh cita-cita tertinggi sendirian, dibutuhkan kerjasama banyak orang, dukungan semua orang.

Sudah 74 tahun kita merdeka. Apa kita benar-benar sudah bisa ngepruk kendil ketidakadilan, atau masih tetap rekoso seperti susahnya menggigit koin dari pepaya? Apa kita sudah bisa nyunggi tampah berisi beras atau kita masih tetap makan kerupuk setiap hari?

Ya’opo iki, Jal?

Loading...

baca juga