Reruntuhan Semeru Tak Hentikan Siswa SD Supiturang Belajar Meski di Tenda

Reruntuhan Semeru Tak Hentikan Siswa SD Supiturang Belajar Meski di TendaLumajang,(DOC) – Meski erupsi Gunung Semeru menghancurkan sekolah mereka, semangat belajar siswa SD Negeri 2 Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, tetap menyala. Sebanyak 94 siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di tenda darurat, Selasa (16/12/2025).

Pantauan di lokasi menunjukkan anak-anak belajar di tenda putih bantuan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Dengan perlengkapan seadanya, mereka duduk beralas tikar dan menggunakan meja sederhana di tengah keterbatasan fasilitas pascabencana.

Bacaan Lainnya

Di tengah kondisi tersebut, sejumlah siswa belajar tanpa mengenakan sepatu karena hujan membasahinya. Meski demikian, kondisi itu tidak menyurutkan kehadiran mereka di sekolah darurat.

“Saya tidak pakai sepatu karena basah habis kehujanan,” ujar Ilya, siswa kelas V.

Erupsi Gunung Semeru pada 19 November 2025 merusak parah gedung SDN 2 Supiturang hingga tidak bisa digunakan. Kondisi ini memaksa pihak sekolah memindahkan seluruh kegiatan belajar ke tenda darurat agar hak pendidikan siswa tetap terpenuhi.

Sekolah Darurat Dapat Perhatian DPR RI

Melihat kondisi tersebut, Anggota Komisi X DPR RI, H. Muhamad Nur Purnamasidi atau Bang Pur, mengunjungi siswa yang belajar di tenda darurat Desa Supiturang. Dalam kunjungan itu, ia menyerahkan bantuan berupa rompi, tas sekolah, seragam, buku pegangan guru, serta bahan ajar.

Bang Pur menegaskan bahwa pendidikan tidak boleh terhenti meski daerah terdampak bencana.

“Di daerah bencana sering kali ramai di depan, lalu sepi di belakang. Karena ini menyangkut pendidikan, kita tidak boleh main-main. Saya ingin memastikan layanan pendidikan tidak berkurang meski wilayahnya terdampak bencana,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa negara harus hadir penuh untuk menjamin keberlanjutan pendidikan anak-anak, termasuk melalui dukungan anggaran pemerintah pusat.

“Jangan sampai ada anak-anak yang putus sekolah, baik karena biaya maupun karena bencana. Pemerintah pusat memiliki dana siap pakai dan dana BUN yang bisa digunakan,” jelasnya.

Baca Juga:  Tiga Warga Lumajang Sembuh Corona, Positif Tambah 1 Orang

Fokus Trauma Healing di Sekolah Tenda

Kasi Guru dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang, Andri Wahyudi, menyampaikan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat untuk penanganan pendidikan pascabencana.

“Respons kementerian sangat positif. Tim Direktorat SD dan Satuan Pendidikan Aman Bencana sudah turun langsung dan menyalurkan school kit, family kit, serta tenda pembelajaran darurat,” ujarnya.

Menurut Andri, sekolah darurat tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga pemulihan psikologis siswa.

“Kami mengurangi porsi akademik. Saat ini kami memprioritaskan trauma healing agar anak-anak kembali merasa aman dan nyaman,” katanya.

Kepala SDN 2 Supiturang, Ali Wafi, menyebut cuaca menjadi tantangan utama selama proses belajar di tenda.

“Kalau hujan, air sering masuk ke tenda. Anak-anak juga kehujanan saat pulang, sehingga sepatu mereka basah dan harus dijemur,” ungkapnya.

Saat ini, sekolah menggunakan dua tenda pembelajaran. Satu tenda menampung tiga kelas. Ali berharap siswa segera berpindah ke lokasi belajar yang lebih aman dan layak.

“Kami tetap menjalankan pembelajaran meski terbatas. Kami mengurangi materi akademik sekitar 75 persen dan memfokuskan sisanya pada pemulihan psikologis siswa,” pungkasnya.(r7)

Pos terkait