D-ONENEWS.COM

Status Gunung Semeru Naik Siaga Level 3, Kementerian ESDM Pasang Alat Thermal Pantau Aktivitas Semeru

Lumajang, (DOC) – Gunung Semeru terus mengalami peningkatan dari waspada level II menjadi siaga level 3.

Hal ini disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasfir usai mengunjungi Pos Pantau Gunung Semeru di Gunung Sawur, Jumat (17/12/2021)

Arifin Tasfir menjelaskan statusnya meningkat karena ada indikasi aktivitas naik dan juga visual di lapangan, kondisi akibat dari yang lalu, memang juga tumpahan lahar ini menyumbat dan akan melebar, dan terjadi guguran lagi sehingga dampaknya akan lebih meluas, dan saat ini menjadi siaga level 3. “Saya meminta untuk daerah-daerah yang terpetakan memang menjadi perhatian, masyarakat juga dilarang berkegiatan di radius yang sudah ditentukan karena diindikasi bahaya,” ujarnya.

Arifin mengungkapkan, pasca erupsi Semeru pada Sabtu 4 Desember 2021 kurang lebih 8 juta kubik material pasir yang turun dan menyumbat aliran sungai. “Kalau itu tersumbat, maka akan meluas di daerah sekitar sampingnya, kita melakukan pemetaan baru,” ujarnya.

Arifin Tasfir mengungkapkan, Early Warning System atau sistem peringatan dini harus berfungsi dengan baik. “EWS berjalan selalu, setiap ada indikasi selalu terdeteksi dan kemudian disampaikan ke masyarakat melalui saluran komunikasi,” ujarnya.

Arifin Tasfir menambahkan, di Pos Pantau Gunung Semeru di Gunung Sawur telah di pasang thermal kamera guna mendeteksi suhu panas material yang keluar dari Gunung Semeru.

“Beberapa peralatan akan kita tambah Thermal Camera untuk mendeteksi panas nanti akan ditambahkan ke besuk kobokan kalau ada luncuran lava langsung ketahuan panasnya berapa,” ucapnya.

Pos Pantau Gunung Semeru di Gunung Sawur untuk memasang termal kamera yang berguna memantau pergerakan material vulkanik ketika kembali meluncur ke arah pemukiman. “Satu alat termal kamera sudah kami pasang untuk mendeteksi panas. Itu akan ditambahkan di Besuk kobokan, jadi kalau kalau ada luncuran awan panas bisa diketahui temperatur suhunya,” ucapnya.

Menurutnya, pemasangan kamera termal bisa memantau titik panas, sehingga potensi luncuran awan panas guguran bisa terdeteksi lebih dulu. “Peralatan di PPGA Semeru di Gunung Sawur sudah digital dan di sana, Curah Kobokan, masih analog, tapi real time, sehingga sesuai standar semua,” tuturnya.

Lanjut Arifin untuk Keberadaan empat alat seismograf yang terpasang di Sungai Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, dan di PPGA Semeru di Gunung Sawur dinilai juga cukup untuk memantau pergerakan debit air yang turun dari Gunung Semeru. Meski begitu, penambahan alat pantau tetap diperlukan. “Sejauh ini masih belum ada peralatan yang bisa mendeteksi kapan sebuah gunung api akan meletus, namun suatu saat aktivitasnya akan menumbuhkan getaran tinggi, kadang gunung bisa tidur lama, tiba-tiba meletus, sehingga hal tersebut harus diwaspadai,” ujarnya.

Arifin menegaskan, untuk mencegah timbulnya korban jiwa, diperlukan perangkat desa lebih aktif melaporkan kondisi terkini Gunung Semeru ke masyarakat lewat grup WhatsApp. “Mekanisme yang terdeteksi itu akan disampaikan melalui WhatsApp grup dan itu paling cepat untuk perangkat camat, desa, BPBD,” tuturnya.

Dikatakan Arifin, Dulu wilayah terdampak di Curah Kobokan atau 11 kilometer dari puncak, namun kini yang terjadi luncuran awan panas bisa mencapai 16 kilometer, sehingga terlampaui lima kilometer akibat tumpahan lahar menyumbat aliran lahar. “Ini harus menjadi perhatian kita, EWS berjalan, selalu setiap ada indikasi akan terdeteksi yang disampaikan kepada masyarakat melalui saluran komunikasi (WA),” pungkasnya. (Imam)

Loading...

baca juga