Surabaya,(DOC) – Film berjudul “Koesno, Jati Diri Soekarno” masuk dalam daftar nominasi Film Dokumenter Pendek Terbaik, Festival Film Indonesia (FFI) Tahun 2022.
Di ketahui, film pendek yang di sutradarai Faizal Anwar tersebut, melibatkan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebagai aktor di dalamnya. Ia memerankan sosok Presiden Pertama Republik Indonesia (RI), Ir. Soekarno.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) ini, mengaku bersyukur sekaligus bangga.
Setelah masuk daftar nominasi, Ia berharap film “Koesno, Jati Diri Soekarno” terpilih sebagai film pendek terbaik dan mendapatkan Piala Citra FFI.
“Alhamdulillah, ternyata Film Koesno ini masuk daftar nominasi film pendek terbaik FFI 2022. Nanti dipilih lagi film yang mendapatkan Piala Citra,” ucap Wali Kota Eri, Minggu (23/20/2022).
Ia menjelaskan, hal yang membuatnya bangga adalah isi cerita film dokumenter “Koesno, Jati Diri Soekarno”, meluruskan sejarah bangsa Indonesia. Mengingat, di situ menceritakan Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno lahir dan menempa pendidikan di Kota Surabaya.
“Sebenarnya yang membuat saya merasa bahagia dan bangga itu adalah ketika kita bisa menjelaskan sejarah. Karena yang dulu Presiden Soekarno (di kenal) lahir di Blitar. Tapi ternyata dengan pembenaran sejarah ini, maka kita ketahui semua, bahwa Soekarno lahirnya di Surabaya,” jelas Cak Eri panggilan lekatnya.
Menurut Cak Eri, sudah selayaknya sebagai anak bangsa meluruskan sejarah, melalui cerita pada Film Koesno. Ia merasa optimis, film dokumenter “Koesno, Jati Diri Soekarno” bisa meraih Piala Citra FFI.
“Semoga di piala citra FFI menjadi terbaik. Dengan apa? Dengan meluruskan sejarah bangsa ini. Insyaallah optimis, karena yang diluruskan sejarah adalah orang atau presiden yang membawa pertama kali Indonesia Merdeka,” tandas Cak Eri.
Sementara itu, Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Kukuh Yudha Karnanta memandang, konten film “Koesno, Jati Diri Soekarno” memang untuk klarifikasi sejarah. Sekaligus mensosialisasikan bahwa Presiden Soekarno adalah Arek Suroboyo.
“Dalam pengertian dia (Soekarno) lahir di Surabaya. Menempa pendidikan sebagai seorang negarawan itu juga di Surabaya. Memiliki keterkaitan erat dengan peristiwa sejarah di Surabaya,” kata Kukuh.
Ia menyatakan, film “Koesno, Jati Diri Soekarno” sangatlah strategis sebagai media edukasi ke masyarakat. “Jadi ini suatu medium yang sangat strategis dan sangat baik untuk mengedukasi publik,” katanya.
Kukuh juga mempunyai pendapat soal bentuk film Koesno. Menurutnya, sangrai “Koesno, Jati Diri Soekarno” adalah dokudrama. Di mana film ini dalam bentuk dokumenter dan reka ulang peristiwa sejarah kelahiran Presiden Pertama RI Soekarno pada tahun 1901 di Peneleh, Surabaya. “Saya sebagai kritikus film berpendapat, bahwa ini menarik, sangrai ini belum banyak di garap, terlebih di festival sekelas FFI. Ini suatu hal yang baru dan sangat penting, dalam arti dokudrama ternyata bisa kompetitif di FFI,” kata dia.
Peraih Kritik Film Terbaik Festival Film Indonesia 2021 itu menilai, bahwa masuknya Film Koesno ke dalam daftar nominasi FFI menandakan jika dokudrama secara mutu juga tak kalah dengan genre yang lain. “Ini menandakan bahwa dokudrama secara mutu sinematografinya sangat baik dan secara konten juga sangat penting,” ujar Kukuh.
Mengenai aspek produksi, periset film dokumenter Koesno itu mengungkapkan, bahwa proses produksi Film Koesno ini melibatkan kolaborasi banyak pihak. Bahkan tak main-main, Wali Kota Eri Cahyadi terlibat langsung sebagai aktor atau pemeran sosok Soekarno dalam film tersebut.
“Artinya ini adalah sebuah simbol bahwa Surabaya memang menganggap sangat penting sosok Soekarno sebagai ikon Surabaya. Kedua, pemkot sangat serius berkomitmen untuk berkolaborasi dengan komunitas film, dengan komunitas sejarah dan saya sebagai akademisi juga terlibat bersama-sama,” papar dia.
Naskah Asli Presiden Soekarno Di bacakan Wali Kota dalam Film Koesno
Kukuh mengungkapkan, bahwa ia yang mengusulkan agar Wali Kota Eri Cahyadi terlibat di dalam proses produksi Film Koesno. Bahkan, ia juga bertanggung jawab langsung dalam proses pencarian dokumen-dokumen arsip naskah sejarah Presiden Soekarno.
“Jadi yang di bacakan Pak Wali Kota bukan skenario skrip buatan saya atau teman-teman. Itu adalah transkrip asli dari dokumen-dokumennya Soekarno,” kata Kukuh.
Ia menilai, Wali Kota Eri Cahyadi sukses memerankan sosok Soekarno dalam Film Koesno. Baik dari segi intonasi maupun ekspresi wajah ketika memerankan Bapak Proklamator Bangsa.
“Luar biasanya waktu itu kan Pak Wali tidak sempat mempelajari skripnya, langsung di sodori dan rekaman asli Soekarno. Tidak sampai 10 menit, Pak Wali sudah bisa mempraktikkan itu dengan sangat baik,” ungkap Kukuh.
“Kemudian yang di bacakan oleh Pak Wali Kota itu semua sangat terkait dengan Surabaya. Terutama yang (set) terakhir itu, ‘Koreksi Pak Rektor, Saya Arek Suroboyo’, itu betul-betul mengena sebagai statement closing di film itu,” sambungnya.
Sebagai peneliti film, Kukuh melihat, jika “Koesno, Jati Diri Soekarno” memiliki dua peluang dalam FFI Tahun 2022. Kedua peluang ini yakni sebagai pemenang utama atau special mention by juri. Apalagi, kata dia, Film Kusno yang bergenre dokudrama ini masih terbilang baru dalam dunia festival perfilman.
“Dokudrama peluangnya dua, bisa pemenang utama atau penghargaan khusus dari dewan juri. Karena mungkin bentuknya baru, isunya menarik atau punya makna penting. Tetapi mungkin karena tidak lazim di sebuah festival, dia mungkin tidak bisa sebagai pemenang utama, tapi tetap bisa mendapatkan penghargaan special mention by juri,” tuturnya.
Meski demikian, sebagai warga Kota Surabaya yang juga turut dalam proses riset Film Koesno, Kukuh mengaku optimistis dan berharap besar, “Koesno, Jati Diri Soekarno” dapat meraih Piala Citra FFI Tahun 2022. “Saya sebagai warga Surabaya yang ikut juga dalam proses produksi film sebagai periset, saya sangat berdoa itu bisa menang di FFI,” pungkasnya.(hm/r7)