Jombang,(DOC) – Tokoh budayawan Wayang Topeng Jati Duwur, asal Kesamben, Isma Hakim Rahmat. Mendaftar sebagai bakal calon bupati (Bacabup) di DPC PDIP Jombang.
Pria yang akrab di sapa Mas Hakim tersebut mendatangi kantor DPC PDIP Jombang, di Jalan Pulo Lor untuk mengambil formulir penjaringan H-1 sebelum pendaftaran di tutup.
Ia datang di antar dua penari Topeng binaannya dan di sambut oleh sejumlah awak media.
Kedua penari tersebut ikut masuk ke kantor DPC PDIP Jombang yang mendapat sambutan dari tim penjaringan partai besutan Megawati Soekarno Putri ini.
Usai mengambil formulir, Mas Hakim mengutarakan niatnya mendaftar Bacabup Jombang melalui PDIP yang di nilai kuat di mesin partai.
“Jadi seni wayang topeng Jati Duwur itu asli Jombang. Jombang adalah wilayah di mana 70 persennya bekas kota raja Majapahit. Topeng jadi sarana media dakwah warisan leluhur ini saatnya di lestarikan menuju Indonesia mercusuar dunia,” ujarnya.
“Kami berharap Ibu Megawati Soekarno Putri yang di kenal konsen terhadap warisan budaya leluhur, merekomendasi dirinya menjadi Calon Bupati Jombang dari PDI Perjuangan,” imbuh budayawan topeng Jati Duwur ini.
Kritik Cara Pandang Birokrasi Terhadap Seni Topeng Jati Duwur
Isma Hakim Rahmat berpesan bahwa pemimpin di Kabupaten Jombang adalah mereka yang memiliki jiwa ksatria. Mampu mengawinkan antara nilai cipta karsa dan seni budaya tradisi leluhur dengan nilai religiusitas.
“Leluhur kita semua begitu, maka harus di teruskan warisannya,” ucapnya.
Pengurus Pagar Nusa ini, mengungkapkan maksutnya membawa penari topeng Jati Duwur mendampinginya mendaftar. Yakni ingin menunjukkan kepada dunia dan cara pandang birokrasi Pemkab Jombang dalam melihat seni budaya asli Jombang.
Dalam waktu dekat kata Mas Hakim, Topeng Jati Duwur punya gawe festival budaya selama 10 hari (5-14 Juli 2024) dan perjuangan mencalonkan diri menjadi Bupati Jombang ini, untuk menjadikan Festival di Desanya 10 hari full yang berisi menyatukan seni tari Jombangan, menjadi Agenda Wisata Daerah Pemkab Jombang.
“Wisatawan dari domestik dan mancanegara itu, melihat seni dan wisata budaya itu masuk jadwal pasti atau agenda rutin daerah atau tidaknya. Jika tidak maka jangan harap wisatawan datang ke daerah kita,” pungkasnya.(r7)