D-ONENEWS.COM

Kemarau Panjang, 102.746 Hektare Sawah di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Kekeringan dan Gagal Panen

Ilustrasi

Jakarta (DOC) – Musim kemarau penjang telah mengembuskan bencana kekeringan di beberapa wilayah di Indonesia. Hingga kini tercatat 102.746 hektare sawah di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengalami kekeringan dan sudah memasuki status siaga. Kondisi kekeringan ini menyebabkan 9.358 hektare sawah padi di Jawa dan Nusa Tenggara mengalami gagal panen atau puso.

“Terdapat lebih kurang 100 kabupaten/kota dengan total luasan 102.746 hektare dan puso 9.358 hektare,” kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Sarwo Edhy Wibowo di rapat koordinasi mitigasi dan adaptasi kekeringan, di Jakarta, Senin (8/7/2019).

Sebanyak 9.358 hektare (ha) tersebut terbagi di sejumlah wilayah, yakni Jawa Tengah 1.893 Ha, Daerah Istimewa Yogyakarta 1.757 Ha, Jawa Timur 5.069 Ha, dan Nusa Tenggara Timur 15 Ha.

Lalu, Dirjen Tanaman Pangan Sumardjo Gatot Irianto mengatakan, bagi petani yang gagal panen tersebut dapat melakukan klaim asuransi bagi yang memiliki asuransi usaha tani padi (AUTP). Sedangkan, bagi yang tak memiliki AUTP akan diberi bantuan benih. Namun, apabila petani tersebut tak bisa lagi menanam padi maka diberi alternatif menanam jagung dan kedelai.

“Kalau dia (petani padi) AUTP bisa klaim. Kalau dia tidak (memiliki AUTP), kita kasih bantuan benih. Tapi kalau nggak bisa tanam padi berarti kasih jagung dan kedelai,” ungkap Gatot.

Kemudian, Gatot mengatakan pihaknya akan mempersiapkan 670.000 Ha area tanam baru yang berpotensi mengkompensasi sawah-sawah yng gagal panen.

“670.000 Ha tadi potensinya. Kalau ini dikerjakan 3/4 nya saja sudah dahsyat itu,” ujar Gatot.

Kemudian, ia mengatakan pihaknya baru akan menurunkan bibit ke area tanam baru tersebut.

“Ini kan baru mulai kita tanami. Kita berkas (identifikasi wilayah), nanti baru kita turunkan benihnya. Ini benih unggul nasional,” terang Gatot.

Dengan benih unggul yang memiliki potensi produktivitas mencapai 5-7 ton per Ha, maka area tanam baru tersebut diproyeksikan panen Agustus atau September.

“5,6,7, (per Ha) ton lah bisa. Iya, bisa dipanen Agustus atau September,” tambahnya.(dtc/ziz)

Loading...

baca juga