D-ONENEWS.COM

Komisi B Dorong Disbudpar Kembangkan Potensi Situs Sejarah di Jatim

Surabaya (DOC) – Jawa Timur merupakan provinsi yang kaya akan nilai sejarah, mulai masa berdirinya kerajaan nusantara hingga masa pra kemerdekaan dan berdirinya Republik Indonesia . Hal itu terbukti dengan banyaknya jejak sejarah berupa situs sejarah yang terdapat di wilayah Jawa Timur. Namun sebagian besar belum mendapat perhatian dari pemerintah, sebagian kecil lainnya dirawat atas inisitif keluarga maupun ahli waris.

Afwan Maksum, anggota Komisi B DPRD Jatim menilai, situs-situs sejarah yang tersebar di wilayah Jawa Timur adalah potensi wisata yang luar biasa, terutama wisata sejarah. Karena itu, pihaknya mendorong pemerintah provinsi dalam hal ini Dnas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) agar mengembangkan potensi situs sejarah menjadi obyek wisata sejarah.

“Jawa Timur ini provinsi yang kaya akan sejarah, lihat saja situs sejarah banyak terdapat di Jatim. Mulai situs jaman kerajaan Majapahit, hingga situs Bung Karno bisa ditemukan. Sayang banyak yang tidak terawat, padahal punya nilai sejarah tinggi,” kritik anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jatim itu, Ahad (29/4/2018).

Afwan mengungkapkan, sejatinya situs sejarah itu bisa menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD) bila dikembangkan dan dikelola oleh pemerintah provinsi atau pemda setempat. Hal itu tentu dibawah koordinasi Disbudpar sebagai dinas teknis.  Ia menyontohkan, di luar negeri museum dan situs sejarah menjadi salah satu destinasi wisata pilihan.

Karena itu, sudah saatnya Disbudpar mulai menginventarisir situs sejarah yang ada di Jawa Timur, untuk kemudian dikembangkan menjadi wisata sejarah yang bisa dinikmati oleh masyarakat luas. Tentunya fasilitas pendukung juga harus di bangun untuk menunjang berkembangnya obyek wisata sejarah. Bila perlu melibatkan pihak ketiga atau swasta.

“Saya yakin kalau situs sejarah dikembangkan menjadi obyek wisata sejarah, maka wisatawan akan datang. Bahkan para pelajar dan mahasiswa juga belajar dan melakukan penelitian. Dari penjualan tiket masuk, tentunya menjadi PAD,” tutur sarjana ekonomi lulusan Universitas Trisakti (Usakti) Jakarta itu.

Anggota Dewan asal daerah pemilihan Tuban dan Bojonegoro ini menjelaskan, situs sejarah bila dikembangkan menjadi obyek wisata sejarah juga akan berdampak ekonomis bagi masyarakat sekitar. Perekonomian masyarakat di sekitar obyek wisata sejarah itu akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kehadiran pengunjung atau wisatawan.

Para pemuda juga bisa diberdayakan dengan menjadi pemandu wisata atau guide bagi wisatawan. Tentunya mereka sebelumnya mendapatkan pelatihan dari Disbudpar setempat. Sebagian pemuda lainnya, bisa menjadi pengelola parkir bagi kendaraan wisatawan dan petugas keamanan. Dengan begitu angka pengguran juga bisa berkurang.

“Nantinya desa yang ada di wilayah obyek wisata bisa menjadi desa wisata. Kondisi itu akan membawa dampak ekonomis bagi masyarakat sekitar. Mulai kerajinan tangan hingga usaha kuliner sampai penginapan bisa dikembangkan dengan melibat warga setempat,” imbuh salah satu penggerak aksi reformasi 1998 itu. (bah)

Loading...

baca juga