D-ONENEWS.COM

Liponsos Keputih Overload, Sejumlah Penghuninya Ditemukan Terinfeksi HIV/Aids

Surabaya,(DOC) – Penghuni Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih, milik Pemkot Surabaya sudah overload. Bahkan sudah melebihi ambang batas yakni sekitar 71 persen.

Para penghuni Lippnsos kebanyakan adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Itu belum termasuk yang rawat inap, di Rumah Sakit Jiwa Surabaya maupun Lawang.

“Lipinsos Keputih ada 1027 orang, rincian ODGJ 878 orang, gepeng 57 orang, lansia 70 orang, anak jalanan 17 orang, prse 4 orang terlantar 1 orang. Ada juga yang di rawat inap dari jumlah penghuni 125 orang, di RS Menur 43 orang, RSJ lawang 82 orang,” ungkap Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya, Suharto Wardoyo usai hearing di Komisi D DPRD Surabaya, Selasa (14/1/2020).

Idealnya, lanjut Suharto, penghuni Liponsos Keputih maksimal 600 orang. Tetapi, karena banyak penertiban PMKS, gelandangan hingga pengemis oleh Satpol PP yang langsung ditampung di Liponsos Keputih, maka kapasitasnya sudah overload.

Dinsos akan tetap berupaya menyembuhkan penghuni Liponsos dan mengembalikan ke keluarganya bagi yang memiliki identitas kependudukan.

“Selama ini Dinsos Jatim dan Surabaya selalu melakukan verifikasi data kependudukan. Jika sudah diketemukan data kependudukan, mereka dipulangkan ke daerah asal masing-masing. Sedangkan gangguan jiwa akan diberikan pengobatan,” paparnya.

Sementara itu, Sugianto Kepala UPT Liponsos Keputih membeberkan, bahwa dari sekian banyak penghuni Liponsos, termyata juga didapati pasien pengidap HIV/Aids.

Ia menjelaskan, di tahun 2019 lalu pengidap HIV/Aids ditemukan sebanyak 25 orang. Mereka adalah warga Kembang Kuning dan Jagir Surabaya, Probolinggo, Jember, Lumajang, Jombang dan Lamongan.

Upaya yang dilakukan petugas Liponsos agar pasien tidak bertambah parah, yakni dengan memberikan obat ARV yang diambil dari RSUD dr. Soetomo untuk diminumkan.

“Yang kena HIV harus meminum obat ARV setiap hati, nggak boleh telat. Kalau telat harus mengulangi lagi dari awal,” jelas Sugianto.

Selain itu, dari hasil evaluasi sejak 2018 lalu, Liponsos telah menerapkan terapi musik kepada pengidap ODGJ untuk merangsang ingatan. Termasuk juga terapi bacaan surat dari setiap keyakinan yang nampaknya efektif di samping memberikan obat-obatan.

“Karena ada musik mereka semangat untuk mengingat kembali dimana mereka asalnya dan orang tua bisa diketahui. Terapi musik didampingi oleh dokter dari RSU Menur. Cukup efektif di samping obat juga musik kata dokter RSU Menur,” jelasnya.

Sementara untuk infrastruktur, Sugianto menjelaskan, mulai tahu 2017 lalu sudah dibangun gedung dan tinggal satu baran, yaitu baran C yang belum terehap.

“Barak A,B sudah direhap D,E sudah terehap tinggal barak C yang masih banyak lantainya yang tergenang air. Rencana dari Cipta Karya itu diambilkan dari anggaran PAK,” ujarnya.

Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Khusnul Khotimah menyoroti kondisi  barak C yang memprihatinkan, karena atapnya yang jebol dan lantai berlubang. Oleh karena itu Komisi D memprioritaskan kondisi bangunan  yang berdiri sejak 1996.

“Memang 2020 belum ada perencanaan pembangunan, tapi kita minta sama komisi menghitung kebutuhan dan desain yang diinginkan termasuk sinitasi kepada penyandang penyakit TB,” katanya.

Ia menambahkan, banyak hal yang harus di lakukan untuk bangunan Liponsos, namun masalahnya banyak penghuni yang bukan berasal dari Surabaya. Hal ini menjadi problem tersendiri.

“Makanya kita mendorong komunikasi dengan Dinsos provinsi dan Dinsos Kabupaten/kota yang warganya berada di Liponsos Keputih,”  tandas Politisi PDIP ini.

Di tahun 2020 ini, meski tidak ada anggaran untuk pembangunan Liponsos, namun Komisi D akan memberikan atensi lebih untuk menyampaikan ke OPD lain guna berkomitmen menentukan desain anggaran kebutuhan.

“Barak C ini menjadi sangat penting karena itu akan digunakan ODGJ perempuan sehingga butuh penanganan cepat. Mudah-mudahan PAK mereka sudah ada desain dan ada persiapannya. PAK bisa dibahas lebih awal,” pungkasnya.(robby)

Loading...

baca juga