D-ONENEWS.COM

Pilkada Jatim, Manuver Gus Ipul Sandera Khofifah


Surabaya (DOC) – Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menjadi kandidat pertama yang mendaftar sebagai bakal calon gubernur (Bacagub) dalam proses penjaringan DPD Partai Golkar Jatim yang mulai dibuka Senin (7/8/2017).
Gus Ipul mendaftar di hari pertama, mendahului Khofifah Indarparawansa dan kandidat lain. Padahal sebelumnya pengurus DPD Golkar menyatakan bahwa Khofifah lah yang akan mendaftar di hari pertama.
Menurut pengamat politik Mochtar W Oetomo, ini adalah kelanjutan episode penyanderaan Gus Ipul terhadap Khofifah. Setelah sebelumnya Gus Ipul juga mendahului proses pendaftaran di PDIP dan Partai Demokrat.
“Sepertinya Gus Ipul sadar betul, jika Khofifah cenderung tidak mau mendaftar melalui partai dimana dia juga mendaftar. Maka begitu Golkar membuka pendaftaran Gus Ipul sengaja mendahului, agar Khofifah kembali kehilangan momentum untuk mendaftar. Dengan kata lain Gus Ipul menerapkan politik sandera, untuk meminimalisir kemungkinan Khofifah mendaftkan tiket dari partai,” ungkap Mochtar, Selasa (8/8/2017).
Hal ini, lanjut Mochtar, membuat dinamika politik menjelang Pilgub Jawa Timur seperti mengalami mengalami kebuntuan atau jalan di tempat. Partai politik seolah tersandera dengan dua nama yang mesti diusung di Pilgub 2018, yakni Khofifah Indar Parawansa atau incumbent Saifullah Yusuf.
Pengajar di Universitas Trunojoyo Madura ini menyebut Khofifah dan Gus Ipul menjadi ‘kiblat’ partai politik dan seolah-olah menenggelamkan kandidat yang lain.
Bahkan parpol-parpol hingga hari ini masih terus menunggu kepastian Khofifah. Parpol yang membuka pendaftaranpun (PDIP, Demokrat dan Golkar) berharap Khofifah mendaftar melalui partainya. Namun kenyataannya Khofifah hingga saat ini belum menyatakan sikap dengan dua kata saktinya, yakni check sound dan menyamakan frekuensi.
Bungkamnya Khofifah dan strategi PDIP yang kerapkali memutuskan kandididat yang diusung pada last minute, membuat Pilgub Jatim menjadi monoton, berputar-putar, saling sandera, jalan di tempat.
Lebih lanjut. Mochtar, menguraikan bahwa dalam komunikasi politik dengan berbagai parpol selama ini Gus Ipul cenderung bersifat terbuka dan verbal, dia bersikap proaktif, menjemput bola untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya dukungan parpol. Sebaliknya Khofifah bersikap kebalikannya, cenderung tertutup dan menjaga jarak, baik dengan parpol terkait atau dengan media.
“Dengan berbagai pernyataanya yang menyatakan masih check sound atau menyamakan frekuensi dengan berbagai parpol serta menunggu waktu untuk deklarasi sesungguhnya itu sikap Khofifah yang gamang, tersandera oleh agresifitas Gus Ipul dan tersandera oleh posisinya sebagai Mensos, ungkap Mochtar yang juga Direktur Surabaya Survey Center (SSC).
Lebih lanjut Mochtar mengungkapkan, bahwa kedua model sikap yang berlawanan tersebut sesungguhnya sama-sama mengandung risiko. Gus Ipul yang terlalu verbal bisa dipersepsikan publik sebagai ingin mendominasi semua parpol. Ini mengandung risiko Gus Ipul akan menjadi pihak tertuduh dalam mengupayakan wacana calon tunggal.
Di sisi lain dengan mendaftar ke PDIP, Demokrat, Golkar dan mungkin partai lain, kalau tidak hati-hati dalam membangun komunikasi politik Gus Ipul bisa menciptakan suasana yang tidak nyaman diantara parpol, manakala masing-masing partai ingin menjadi leader dan ingin mendapatkan jatah Cawagub dalam mengusung Gus Ipul.
“Sebaliknya sikap Khofifah yang cenderung tertutup dan misterius itu kalau terlalu lama dipelihara bisa membuat parpol menjadi jengah karena merasa digantung dan tidak dihargai. Belum lagi problem yang sama, yakni munculnya persaingan antar parpol yang masih menunggu kepastian Khofifah untuk menjadi leader dan jatah slot Cawagub dalam mengusung Khofifah. Semakin lama kepastian diberikan Khofifah maka potensi konfliknya akan semakin tinggi,” papar Mochtar. (bah)

Loading...

baca juga