Surabaya,(DOC) – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menerima kunjungan Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, di Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PSEL) Benowo, Selasa (7/10/2025). Kunjungan tersebut bertujuan untuk melihat langsung sistem pengolahan sampah menjadi energi listrik yang telah di terapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, sekaligus menjajaki kemungkinan replikasi model serupa di Kabupaten Bantul.
“Kedatangan Bupati Bantul ini untuk meninjau langsung proses pengolahan sampah menjadi energi listrik di Surabaya, agar bisa di terapkan di daerahnya. Ini juga merupakan tindak lanjut pertemuan para kepala daerah di Danantara yang sebelumnya membahas pengelolaan sampah menjadi energi listrik,” ujar Wali Kota Eri Cahyadi.
Dalam pertemuan antar kepala daerah di Danantara, Surabaya telah di tetapkan sebagai kota percontohan nasional dalam pengelolaan sampah menjadi energi listrik. Menurut Eri Cahyadi, keberhasilan tersebut tidak lepas dari penerapan teknologi modern dan sistem pembiayaan tipping fee yang efisien.
“Kalau tanpa tipping fee, pengelolaan ini tidak mungkin berjalan. Tapi ketika dana transfer daerah (TKD) berkurang dan fiskal daerah terbatas, Danantara akan menjadi bagian dari negara yang meng-cover kebutuhan pembiayaannya,” jelas Cak Eri.
Gunakan Teknologi Gasifikasi yang Ramah Lingkungan
Lebih lanjut, Eri menjelaskan bahwa PSEL Benowo kini menggunakan teknologi gasifikasi dalam proses konversi sampah menjadi energi listrik. Sebelumnya, Surabaya sempat menggunakan dua sistem, yakni insinerator dan gasifikasi, namun kemudian beralih penuh ke gasifikasi sesuai rekomendasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“KLHK tidak merekomendasikan insinerator karena asap hasil pembakarannya berpotensi mencemari udara. Maka dari itu, kita beralih ke sistem gasifikasi yang jauh lebih ramah lingkungan,” terang Wali Kota Eri.
Sebagai Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), Eri Cahyadi juga menjelaskan hasil pembahasan bersama para kepala daerah, di mana pemerintah akan menyiapkan pembiayaan pengolahan sampah nasional melalui Danantara. Skema ini akan di berikan kepada daerah yang memiliki volume sampah di atas 1.000 ton per hari, dengan syarat daerah menyiapkan lahan minimal 5 hektare.
“Nantinya akan ada Peraturan Presiden (Perpres) yang memastikan seluruh biaya dan investasi pengolahan sampah menjadi listrik di-cover oleh Danantara, termasuk pemilihan investor yang akan mengelola proyek tersebut,” katanya.
Surabaya Tidak Dapat Cover Pembiayaan, Tapi Jadi Contoh Inovasi Fiskal
Meski menjadi pionir, Eri mengungkapkan bahwa Surabaya tidak termasuk dalam daerah penerima pembiayaan Danantara. Pemerintah pusat menilai kemampuan fiskal kota ini sudah cukup kuat.
“Kami sempat meminta agar Surabaya juga di-cover, tetapi kementerian menyampaikan bahwa Surabaya memiliki kekuatan fiskal hingga 73 persen. Karena itu, kami di minta untuk tetap berjalan dengan pembiayaan dari APBD, sementara Surabaya di jadikan contoh inovasi untuk daerah lain,” jelasnya.
Bupati Bantul Apresiasi Efisiensi dan Teknologi PSEL Surabaya
Sementara itu, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menyampaikan apresiasi atas keberhasilan Surabaya mengoperasikan PSEL Benowo dengan teknologi gasifikasi yang modern, efisien, dan ramah lingkungan.
“Seluruh daerah di Indonesia saat ini berkepentingan mengolah sampah secara modern, efisien, dan berbiaya rendah. Surabaya ini menjadi contoh yang ideal,” ujar Bupati Halim.
Ia juga menyoroti efisiensi biaya tipping fee yang di terapkan Surabaya, yang jauh lebih rendah di bandingkan daerah lain.
“Kalau di banyak daerah tipping fee-nya bisa mencapai Rp500.000–Rp600.000 per ton, di sini hanya sekitar Rp290.000 per ton. Artinya, sistem di Surabaya ini sangat efisien,” pungkasnya. (r6)





