Surabaya,(DOC) – DPRD kota Surabaya mendorong Pemerintah Kota Surabaya untuk menuntaskan program penutupan lokalisasi.
Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya, Imam Syafi’I membeberkan, hasil investigasinya di eks lokalisasi Dolly dan Moroseneng, bahwa masih ada aktivitas protitusi terselubung.
“Tidak vulgar memang. Di Moroseneng ada 10 wisma yang masih buka dengan model lama para wanitanya duduk di sofa panjang. Tapi di luar wismanya terlihat tutup, karena pintu pagar di gembok dan di jaga. Kalau di Dolly ada makelarnya yang nawarkan dengan menunjukkan foto-foto gadis di handphone,” ujar Imam menjelaskan hasil investigasinya.
Menanggapi geliat itu, Imam ingin menyampaikan pesan bahwa hal ini adalah fakta yang harus di selesaikan bersama. Apalagi dulu Pemkot Surabaya sudah mengeluarkan dana APBD cukup besar untuk membeli wisma-wisma esek-esek itu.
“Ayo kita bersama. Kalau mau tetap kebijakannya menutup gang Dolly atau semuanya di situ. Ini kan ga mudah, saya cuman mau menunjukkan bahwa ada geliat. Kemudian ada yang merasa resistance, kemudian Baper gitu ya. Membantah dan bilang bahwa bukan di gang Dolly nya. Tapi ini adalah warning. Ada fakta,” tandas Imam.
“Dulu kita keluar APBD besar untuk membeli bekas wisma. Itu kemudian dijadikan tempat bermanfaat?. Beberapa juga ada yang masih kosong nganggur ga di apa-apain sehingga rusak. Maksud saya program ini harus dituntaskan dan dijaga. Di isi juga dengan apa gitu,” katanya.
Politisi partai Nasdem ini, juga mengaku, bahwa tidak semua wisma yang di bebaskan Pemkot Surabaya itu mangkrak. Menurut dia, ada yang di manfaatkan untuk pelaku UMKM yang hingga kini masih berjalan.
“Memang ada juga setelah di tutup kemudian jadi Sentra PKL yang sampai hari ini hidup. Tapi jangan lupa masih ada tempat-tempat yang setelah di tutup itu dan di beli sebagai aset Pemkot juga di biarkan,” terangnya.
Lebih lanjut Imam menambahkan, tujuan Pemkot Surabaya dulu menghilangkan prostitusi harus di luruskan dulu. Mengingat yang ia rasakan, bahwa kebijakan penutupan eks lokalisasi di Surabaya, hanyalah untuk menjauhkan aktivitas prostitusi agar tidak dekat dengan pemukiman warga.
“Sebetulnya Pemkot menutup Dolly, Moroseneng, Bangunsari dan eks lokalisasi lainnya itu, tujuannya menutup prostitusi atau tidak ingin prostitusi itu dekat dengan pemukiman. Kalau niatnya menutup prostitusi kenapa cuma eks lokalisasi saja. Kan kita lihat ada di Ruko-Ruko atau spa plus, di situ ada layanan prostitusinya. Tapi kalau tujuannya supaya prostitusi tidak dekat dengan pemukiman, nah itu ayo kita jaga bersama. Saya termasuk orang yang realistis, bahwa susah menghilangkan prostitusi,” pungkasnya.
Pastikan Praktek Prostitusi di Eks Lokalisasi Dolly Tutup, Strategi Penjagaan Berubah
Camat Sawahan M Yunus menegaskan, bahwa sejak pencanangan lokalisasi Surabaya tutup, aktivitas prostitusi di Gang Dolly, Putat Jaya dan sekitarnya sudah tidak ada lagi. Kalaupun anggota DPRD Surabaya menemukannnya, Yunus memastikan bahwa itu praktek terselebung.
“Saya pastikan bahwa dolly di buka kembali tidak ada. Kalau pun di lapangan ada yang mau coba-coba, tentu dengan praktek terselubung. Artinya orang lewat diawe-awe(panggil) kemudian di tunjukan gambar Wanita,” jelas Yunus.
Ia menambahkan, selama ini patroli dan penjagaan telah di gencarkan di kawasan Dolly. Namun jika hal itu masih kurang effektif, maka strateginya pengamanan di rubah.
“Selama ini penanganan kami, kan patrol. Teman-teman Satpol jaga satu setengah jam, lalu geser ke tempat lain. Saat ada penjagaan aktivitas di lapangan buyar(tutup). Tapi ketika penjaga geser mereka muncul lagi. Bahasa jawanya Mlipir,” kata Yunus.
“Sekarang saya ambil tindakan. 2(Dua) titik saya amankan mulai malam sampai pagi. Mereka nge-Pam di situ, di Gang Lebar (Putat Jaya) dan di pertigaan (Gang Dolly). Satpol kami bisa jaga 24 jam, gantian tiga shift,” tandasnya.
Protitusi terselebung ini, kata Yunus, sudah tergolong kriminal, karena ada transaksi perdagangan orang. Bahkan pada tahun 2016 dan 2017, ada beberapa makelar yang sempat masuk penjara, karena tertangkap petugas.
“Sebelumnya juga banyak yang tertangkap oleh aparat. Kemudian di vonis dan menjalankan hukuman di Rutan Medaeng. Ini kalau mereka mau coba-coba lagi,” tandas pria pemeran New Man itu.
“Kita ini seperti film kartun Tom and Jerry. Kita Tomnya (kucing) dan mereka Jerrynya (tikus), kejar-kejaran terus. Sekarang kita nge-Pam di dua tempat yang buat tawar-menawar. Bahkan personil yang bertugas di Kembang Kuning kita tarik untuk jaga di situ. Dulu di situ ada yang tertangkap 10 orang dan di penjara,” pungkas Camat Sawahan.(robby/r7)