Surabaya,(DOC) – Rumah padat karya di Jalan Nias No 110 Kelurahan Gubeng, Kecamatan Gubeng, diresmikan Wali Kota Surabaya, Sabtu (28/5/2022). Aset milik Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berupa bangunan rumah tersebut, kini dimanfaatkan untuk pemberdayaan ekonomi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Dengan luas total 857 meter persegi, rumah padat karya bernama ‘Viaduct Gubeng’ ini dimanfaatkan untuk pemberdayaan beberapa unit usaha bagi MBR. Mulai dari barbershop atau pangkas rambut, coffee shop hingga cuci motor dan mobil.
Setelah resmi dibuka, Wali Kota Eri Cahyadi bersama para pejabat pemkot langsung menjajal sejumlah menu makanan dan minuman yang tersedia di Rumah Padat Karya Gubeng. Bahkan pula, wali kota menjadi konsumen perdana barbershop atau pangkas rambut yang tersedia di sana.
“Kebetulan asetnya Pemkot Surabaya ada di sini, sehingga aset yang ada ini kami tempati untuk kepentingan padat karya. Bukan hanya di Jalan Nias, tapi semuanya aset pemerintah kita tempatkan untuk kepentingan umat,” kata Wali Kota Eri Cahyadi.
Ia menjelaskan, bahwa bentuk program padat karya itu dapat disesuaikan dengan kondisi wilayah dan aset yang ada. Misalnya, ada aset berupa tambak, maka dapat dikelola untuk perikanan oleh MBR di wilayah sekitarnya. Demikian pula jika aset itu berupa lahan kosong, maka bisa dimanfaatkan untuk pertanian atau usaha yang lain.
“Ketika kami ada aset berupa tambak ya kita buat tambak. Kalau seperti ini (bangunan) saya tanya, kumpulkan dulu (warga). Mintanya seperti apa? Oh ada yang ingin barbershop, ada yang ingin cafe, ya kita buat, sehingga memunculkan rasa saling memiliki,” terangnya.
Menurutnya, Rumah Padat Karya Gubeng adalah bangunan rumah zaman dulu. Sehingga dinilainya cocok apabila digunakan untuk kafe atau rumah makan dengan konsep heritage. “Jadi kalau dibuat kafe asik. Lantainya juga masih ubin teraso, itu kan indah. Jadi rumah ini kita pertahankan, kita buat tempat makan,” ungkap dia.
Bahkan, Wali Kota Eri Cahyadi mengakui, menu makanan yang tersedia di Viaduct Gubeng juga luar biasa, karena menggunakan bahan dasar dari rempah-rempah. Mulai dari menu makanan berupa nasi goreng rempah, mie hingga sayur sop. “Nasi gorengnya enak, sop dan mienya juga enak. Jadi wong suroboyo (orang Surabaya) cobaen talah mrene (silahkan coba datang ke sini), suasananya beda,” ajaknya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu mengatakan, bahwa inovasi rumah padat karya yang diinisiasi Kecamatan Gubeng bersama warga bisa dicontoh bagi wilayah yang lain. Karena menurutnya, membangun Surabaya ini tidak bisa menggunakan ego sektoral, tapi harus dengan kekuatan kebersamaan dan gotong-royong.
“Dengan kekuatan kebersamaan dan kekeluargaan seperti yang ditunjukkan Kecamatan Gubeng ini saya yakin Surabaya akan menjadi kota yang makmur. Semoga dengan diresmikannya rumah padat karya ini dapat memberikan manfaat yang luar biasa kepada warga Surabaya, khususnya di Kecamatan Gubeng,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Camat Gubeng Kota Surabaya, Eko Kurniawan Purnomo menyampaikan, rumah padat karya Viaduct Gubeng merupakan aset milik Pemkot Surabaya. Sebelumnya, aset ini berencana dimanfaatkan untuk lapangan olahraga SMPN 6 Surabaya.
“Kami tetap lakukan pembangunan di belakang untuk lapangan basket. Sedangkan di depan, kami modifikasi menjadi rumah padat karya dengan beberapa unit usaha,” kata Eko Kurniawan.
Sejumlah unit usaha tersebut, mulai dari coffee shop, barbershop, cuci mobil dan motor hingga display untuk produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hingga sekarang ini, Eko Kurniawan menyatakan, bahwa Rumah Padat Karya Gubeng telah menyerap 20 tenaga kerja dari MBR di wilayahnya. “Ke depan kami masih akan terus mendampingi sampai seluruh warga MBR mandiri untuk melakukan pengelolaan di rumah padat karya ini,” pungkasnya.
Rumah Padat Karya Prapen Serap 106 Tenaga Kerja MBR
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi juga meresmikan Rumah Padat Karya di Prapen, Jalan Kyai Abdullah No 17 Prapen, Kelurahan Panjang Jiwo, Kecamatan Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya, Sabtu (28/5/2022).
“Selalu saya katakan, aset pemerintah ini akan saya gunakan seluruhnya untuk kepentingan umat. Jadi aset pemerintah itu kalau tambak, bisa kita manfaatkan untuk tambak. Tapi kalau seperti tempat ini (Prapen) bisa kita gunakan untuk usaha laundry dan menjahit,” kata Wali Kota Eri Cahyadi.
Menurutnya, pemanfaatan aset untuk program padat karya dapat disesuaikan dengan kondisi setiap wilayah. Tentu saja pemanfaatan aset juga harus melihat kebutuhan masyarakat di sekitar, khususnya warga yang membutuhkan lapangan kerja.
“Pertama kita lihat apa yang bisa kita lakukan untuk aset itu. Kedua, MBR atau yang belum mendapat pekerjaan itu kita tawarkan apa yang mereka inginkan. Nah, kita sampaikan bisa tidak kalau model seperti ini. Tadi seperti di sini yang menjahit itu belum bisa, tapi sudah ada pelatihan,” ujarnya.
Meski penyediaan lapangan kerja serta pelatihan itu telah tersedia, Wali Kota Eri Cahyadi menegaskan, bahwa pemerintah tak boleh hanya berhenti di sana. Artinya, pemkot tidak hanya sebatas menyediakan pelatihan dan lapangan kerja tapi juga harus memastikan ekonomi pada unit usaha tersebut berputar.
“Jadi jangan cuma ngelatih jahit saja terus dilepaskan, itu tidak boleh. Jadi, pemerintah termasuk saya, batiknya ya njahitno (menjahitkan) di sini, akhirnya mereka terlatih terus dan menjadi profesional. Itulah yang kita cari,” terangnya.
Menurutnya, pemberdayaan ekonomi kerakyatan itu dapat terwujud apabila mendapat dukungan dan support dari masyarakatnya. Utamanya, Ketua RT/RW, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) hingga para Kader Surabaya Hebat. “Karena tanpa bantuan dari RT/RW, LPMK dan kader itu akan sia-sia. Karena itu saya nyuwun tulung (minta tolong) sanget, RT/RW, LPMK menjadi satu. Tidak ada yang lebih baik, tidak ada lebih hebat. Sebab, dengan kebersamaan ini yang membuat warga menjadi bahagia,” tuturnya.
Sepertinya yang dicontohkan oleh Rumah Padat Karya Prapen. Dengan luasan 627 meter persegi, aset milik Pemkot Surabaya ini mulai dimanfaatkan untuk sejumlah unit usaha. Mulai dari unit usaha laundry, cuci motor hingga jahit dan permak.
Wali Kota Eri Cahyadi pun menginginkan setiap rumah padat karya yang didirikan mampu menghasilkan output dan outcome untuk warga, khususnya keluarga MBR. Bahkan, ia menargetkan, melalui padat karya ini, warga yang tergabung di dalamnya dapat menghasilkan minimal Rp2,5 hingga Rp4 juta per bulan.
“Kalau sudah bisa (berjalan), baru ditambah lagi. Nah, kita utamakan yang MBR dulu setelah itu baru kita bergerak ke yang lainnya. Tadi contohnya hotel sudah memberikan orderan, sehingga tinggal pemerintah,” kata Cak Eri sapaan lekatnya.
Ia menyatakan bahwa kebijakan atau kekuasaan yang dimiliki pemerintah itu harus digunakan untuk kepentingan dan kesejahteraan umat. Misalnya, ketika ada investor masuk dan ingin membangun hotel, maka kehadirannya juga wajib memiliki dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. “Misalnya, laundrynya (hotel) itu bisa diambil wargaku. Kemudian kebutuhan sandal (hotel) itu juga bisa diambil oleh warga. Nah, itu yang namanya kekuasaan untuk kepentingan umat,” tegasnya.
Makanya, ia selalu menegaskan kepada jajarannya agar jangan pernah menolak setiap investasi yang masuk. Namun demikian, pemerintah juga wajib memastikan bahwa setiap investasi yang masuk memiliki dampak ekonomi bagi masyarakat. “Kita selalu mengatakan jangan mau jadi penonton di rumah kita sendiri. Tapi onok investasi ngadek kabeh (ada investasi berdiri semua), warga e dijarno (warganya dibiarkan). Nah, itu pemerintahnya di mana. Karena itu harus ada dampak ekonominya kepada masyarakat,” jelas dia.
Cak Eri mengaku bersyukur, sekarang ini camat dan lurah di Kota Surabaya terus berbondong-bondong berinovasi untuk mensejahterakan warga. Namun, ia mengakui, bahwa upaya yang dilakukan jajarannya itu belum sempurna tanpa ada dukungan dari masyarakatnya. “Alhamdulillah saya matur nuwun (terima kasih) kepada seluruh jajaran Pemkot Surabaya, baik lurah dan camat. Apakah sempurna? Tidak. Apakah masih ada kekurangan? Iya. Karena yang bisa menyempurnakan kami, lurah camat Pemkot Surabaya adalah RT/RW, LPMK dan Kader,” ujarnya.
Dalam momen peresmian itu, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya juga kembali menyatakan keinginannya membangun Kota Pahlawan melalui gotong-royong untuk kepentingan umat. Makanya, ia berharap betul kepada seluruh Ketua RT/RW, LPMK maupun kader, jika melihat kekurangan terhadap langkah yang diambil pemkot agar bisa disampaikan. “Boleh Surabaya menjadi Kota Metropolitan. Boleh Surabaya menjadi kota kelas dunia, tapi kekeluargaan dan gotong-royong harus tetap ada di Kota Surabaya,” imbuhnya.
Sementara itu, Camat Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya, Achmad Daya Prasetyono menjelaskan, bahwa terdapat tiga unit usaha di Rumah Padat Karya Prapen. Pertama adalah padat karya berupa usaha laundry. Unit usaha padat karya ini telah menyerap 58 tenaga kerja MBR yang terbagi menjadi dua shift kerja. “Kegiatan laundry sudah tersedia 29 mesin cuci dan terbagi dalam menjadi dua shift. Yaitu shift satu 29 MBR mulai pukul 08.00-15.00 WIB dan shift dua juga 29 MBR mulai pukul 15.00-22.00 WIB,” kata Achmad Daya.
Achmad Daya mengungkapkan, bahwa ada 23 MBR pada unit usaha laundry yang sudah mendapatkan pelatihan. Sementara sisanya akan diberikan pelatihan laundry secara bertahap.
“Total ada 58 MBR yang terserap di padat karya laundry. Alhamdulillah saat ini kami juga sudah kerja sama dengan Hotel Zest dan sudah dapat order untuk laundry,” ungkap dia.
Selain laundry, Rumah Padat Karya Prapen juga membuka unit usaha jahit dan permak. Achmad Daya menyebut, bahwa saat ini tersedia 20 mesin jahit yang mampu menyerap 40 tenaga kerja MBR dengan terbagi menjadi dua shift kerja.
“Ada dua shift untuk jahit. Satu shiftnya itu diisi oleh 20 MBR, sehingga total 40 MBR dalam satu hari. Yang sudah dilatih ada 20 MBR dan sisanya masih dilakukan pelatihan secara bertahap,” terang dia.
Di samping laundry dan jahit, Achmad Daya menyatakan, bahwa Rumah Padat Karya Prapen juga membuka unit usaha cuci motor. Setidaknya sudah ada delapan MBR yang terserap menjadi bagian dalam program padat karya cuci motor.
“Sehingga total ada 106 MBR yang terserap di Rumah Padat Karya Prapen. Insyaallah ke depan mungkin kita bisa merajut kerja sama dengan pihak-pihak yang lain lagi,” pungkasnya.(hm/r7)