D-ONENEWS.COM

Pakar Hukum Unair Anggap Kampanye Capres-Cawapres Abaikan Bahasa Tepo Seliro

Surabaya,(DOC) – Pemilu Capres-Cawapres dan Anggota Legislatif kian dekat pelaksaannya yakni pada 17 April 2019 mendatang. Suhu politik makin memanas untuk menggaet pemilih dan menaikkan popularitas masing-masing pasangan Capres-Cawapres 2019.

Kondisi ini nampaknya menjadi perhatian khusus dari Dekan Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Nurul Barizah S.H., LLM., PhD.,.

Ia mengingatkan agar dalam masa kampanye, kedua Paslon Capres – Cawapres dan para tim sukses harus mentaati aturan Pemilu yang telah ditetapkan, untuk mengurangi kegaduhan.

Apalagi ada Paslon Capres – Cawapres yang memanfaatkan fasilitas negara untuk memenangkan kompetisi pemilihan.

“Tidak dibenarkan jika salah satu paslon memanfaatkan fasilitas dan kewenangan yang dimilikinya untuk kepentingan tertentu dan menyukseskan dirinya sebagai calon presiden dan wakil presiden” ujarnya, Sabtu(2/3/2019).

Akademisi satu-satunya Board of Governors IALS Asal Indonesia menegaskan kalau seorang presiden yang masih aktif menjabat mencalonkan lagi, sudah seharusnya mengambil cuti disaat memasuki masa kampanye Capres-Cawapres.

“Hal tersebut untuk menghindari abuse of power. Menghindari penyalahgunaan wewenang dan kesempatan,” tandasnya.

Perlakuan adil untuk masing-masing paslon sangat penting. Nurul menambahkan ketika ada pelanggaran dari tim sukses salah satu Paslon kemudian tidak diproses, maka pelanggaran dari Paslon lain menjadi tidak diproses juga. Namun baru bisa dikatakan adil jika pelanggaran yang dilakukan oleh kedua Paslon diproses.

“Tidak kemudian ketika karena petahana, lalu memiliki power dan sebagainya kemudian tidak diproses dan mengakibatkan pihak tidak petahana juga tidak diproses. Mestinya kita kembalikan pada koridor hukum, semuanya harus diposes  sesuai ketentuan hukum yang berlaku saat pelanggaran dilakukan” jelasnya.

Kondisi Pemilu sekarang dinilai sangat memprihatinkan seiring dengan maraknya informasi hoax yang tidak akurat. Menurut Nurul, sebaiknya kedua Paslon dan para tim sukses perlu duduk bersama untuk mendiskusikan hal yang lebih besar dari sekedar saling meningkatkan popuritas masing-masing.

“Karena tidak hanya hoax, kondisi anak bangsa saat ini juga perlu untuk diperhatikan. Mengingat, kecenderungan mereka yang ketika memberikan saran dan komentar di ruang publik, bahasa yang digunakan sangat tidak mencerminkan bahwa kita adalah masyarakat Indonesia yang punya tepo seliro, kehalusan budi bahasa. Boleh berbeda tapi jangan menyebar isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan jangan sampai demokrasi kita ini gaduh,” pungkasnya.(r7)

Loading...

baca juga