D-ONENEWS.COM

Tahun Baru

Tahun baru 2023 ini cukup banyak alasan bagi kita untuk optimistis, tetapi lebih banyak lagi alasan untuk tetap waspada. Situasi global sedang tidak menentu, sementara situasi dalam negeri sedang menghangat menjelang tahun politik 2024.

Penilaian otoritas global yang disuarakan oleh dua lembaga multilateral, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia membawa angin optimisme. Kedua lembaga itu menilai Indonesia 2022 sebagai ‘’the bright spot in dark’’, titik terang di tengah kegelapan. Hal itu disampaikan oleh Wakil IMF untuk Indonesia, James P. Walsh, November 2022 lalu.

Tetapi yang patut diwaspadai adalah bahwa 2023 ini akan menjadi tahun resesi yang dampaknya bisa menjalar kemana-mana, termasuk ke Indonesia. Tahun 2023 ini berselimut ketidakpastian akibat faktor geopolitik, sektor keuangan global yang masih sarat masalah hingga potensi ancaman dari tingginya inflasi di sejumlah negara.

Faktor lain yang juga patut diwaspadai adalah potensi kenaikan harga pangan dan energi. Maka, hiruk pikuk politik tahun 2023 yang mulai memanas menuju tahun politik 2024 memunculkan banyak hal yang patut diwaspadai. Ada saat ketika kita menghadapi ‘’annus horribilis’’, tetapi tetap berharap supaya bisa menemui ‘’annus mirabelis’’

Annus horribillis adalah ungkapan latin untuk menggambarkan tahun yang penuh peristiwa suram atau bahkan peristiwa yang mengerikan. Sedangkan annus mirabelis adalah tahun yang penuh keceriaan dan kebahagiaan.

Tepat pada akhir tahun, Indonesia mengumumkan pencabutan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) yang menandai akhir dari siaga pandemi yang sudah berlangsung selama 3 tahun terakhir. Dengan pencabutan PPKM Indonesia secara resmi menyatakan lepas dari siaga pandemi. Hal ini disambut dengan suka cita, tetapi juga dengan kewaspadaan yang membawa waswas.

Pandemi Covid-19 telah memporakporandakan dunia internasional. Ketika sains dan teknologi berkembang membawa manusia kepada kemakmuran dan kesejahteraan, muncul virus kecil yang membuat seluruh dunia tunggang langgang. Terbukti bahwa sistem kesehatan dunia tidak siap menghadapi serangan tidak terduga itu.

Tahun-tahun pandemi membuktikan betapa rapuhnya pertahanan dunia dari serangan virus kecil itu. Serangan itu sekaligus membuktikan bahwa masyarakat internasional tidak mempunyai mekanisme baku untuk mempertahankan dirinya sendiri. Setiap negara mempunyai caranya sendiri untuk menghindari bencana. Tidak ada komando tunggal yang bisa menjadi panutan. Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok, tiga kekuatan besar internasional, tidak berdaya menghadapi serangan pandemi.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengumumkan bahwa pandemi telah menelan korban jiwa lebih dari 16 juta jiwa di seluruh dunia. Amerika Serikat yang diharapkan berada pada garda paling depan melawan pagebluk ternyata malah menjadi korban yang paling parah. Tiongkok, yang menjadi titik awal penyebaran virus, tunggang langgang dan dilanda kepanikan masal.

Serangan virus ini membuat masing-masing negara mencari selamat sendiri dan tidak peduli terhadap keselamatan orang lain. Filosof Slavoy Zizek yang berpaham kiri menertawakan negara-negara kapitalis global yang kehabisan akal menghadapi pagebluk. Kapitalisme global yang bertumpu pada individualisme dianggapnya gagal menghadapi pandemi. Zizek pun menegaskan bahwa sekaranglah saatnya dunia internasional beralih memeluk ideologi sosialisme internasional dengan bersatu padu melawan pagebluk.

Teknologi kesehatan dunia akhirnya bisa menemukan vaksin penghalau pandemi. Tesis Zizek terbantahkan sekali lagi. Kapitalisme global kembali membuktikan bahwa dia mempunyai mekanisme internal yang bisa membebaskan dirinya dari kesulitan. Itulah sebabnya kapitalisme bisa tetap bertahan hidup, sementara komunisme sudah ambruk sejak 1990-an ketika Uni Soviet dan sekutu-sekutunya bubar.

Kapitalisme global bisa dengan cepat menemukan vaksin yang kemudian diproduksi secara masal dan didistribusikan ke seluruh dunia. Dalam sejarah ilmu kesehatan, penemuan vaksin membutuhkan waktu panjang sebelum dinyatakan layak untuk dipakai. Tetapi, kali ini dunia kedokteran modern membuktikan bahwa vaksin bisa ditemukan dalam hitungan bulan.

Kapitalisme global bisa lolos dari resesi besar pada 1930-an dengan munculnya resep Keynes. Ketika dunia hampir bangkrut karena resesi, muncul John Maynard Keynes, ekonom Inggris, yang menyarankan pemerintah mengeluarkan anggaran besar untuk menggerakkan ekonomi dan membantu rakyat yang kelaparan. Kapitalisme selamat dengan mengadopsi cara sosialisme yang melibatkan peran negara untuk mengatur ekonomi.

Kali ini dunia selamat dari ancaman pandemi. Tapi, segera muncul ancaman yang nyata dalam bentuk perang Rusia melawan Ukraina. Perang sudah berlangsung hampir setahun, tetapi tidak ada penyelesaian yang komprehensif. Dunia punya PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa), tetapi tidak ada artinya. PBB hanya menjadi kepanjangan tangan negara-negara Barat pemenang Perang Dunia Kedua, dan tidak punya gigi menghadapi negara penentang Barat seperti Rusia.

Perang masih terus berlanjut, dan belum ada solusi kongkret sampai sekarang. Ekonomi internasional yang seharusnya bisa mulai bernafas pasca-pandemi, harus megap-megap lagi karena perang yang membawa ancaman resesi. Kalau perang tidak bisa diselesaikan maka dunia harus siap-siap menghadapi resesi.

Tahun yang suram semakin gelap karena munculnya berbagai bencana alam. Musim dingin tahun ini menjadi yang terburuk di Amerika. Sedikitnya 60 orang tewas menjadi korban badai dan terperangkap kedinginan karena suplai listrik terputus.

Di semua penjuru dunia bencana alam terjadi dalam bentuk banjir, gempa bumi, dan tsunami. Bencana alam terjadi karena perubahan cuaca yang tidak terkendali. Nasib manusia terletak pada tangan manusia sendiri. Bencana pandemi, perang, dan lingkungan adalah ‘’man-made disaster’’, bencana akibat ulah tangan manusia sendiri.

Bisakah annus horribillis diubah menjadi annus mirabilis yang penuh harapan? Selamat Tahun Baru. ()

Loading...

baca juga