
Pada kesempatan tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi hadir di dampingi Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya Rini Indriyani. Mereka menyapa anak-anak yang mengikuti kegiatan khitanan massal secara daring, bagi para siswa yang berada di empat lokasi berbeda.
Selanjutnya, Wali Kota Eri Cahyadi memberikan pesan-pesan penting bagi anak-anak yang mengikuti khitanan massal. Usai menyapa para siswa, ia bersama Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya Rini Indriyani, menyerahkan perlengkapan busana khitan secara simbolik kepada perwakilan peserta di SDN Dr. Soetomo V Kota Surabaya.
“Alhamdulilah di SDN Dr. Soetomo V, SMP Negeri 9, SMP Negeri 22, SMP Negeri 26, dan SMP Negeri 11 ada khitan massal untuk Paud, SD, hingga SMP Negeri/Swasta. Kita lakukan ini serentak dan di inisiasi oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Yusuf Masruh, guru, dan komite sekolah,” kata Wali Kota Eri Cahyadi yang di temui di SDN Dr. Soetomo V Kota Surabaya, Sabtu (20/8/2022).
Ia menjelaskan, bahwa pelaksanaan khitan massal tidak hanya di laksanakan sebagai syariat agama Islam, melainkan bermanfaat dalam sisi medis untuk menjaga kesehatan. Sehingga, kegiatan ini juga di ikuti oleh para siswa beragama non muslim di Kota Surabaya.
“Matur nuwun (terima kasih) karena khitan massal ini di bantu oleh Baznas Kota Surabaya dan komite sekolah. Inilah budaya Arek Suroboyo, yakni toleransi, saling tolong – menolong, dan gotong – royong. Maka sudah tidak melihat muslim dan non muslim,” jelas dia.
Karenanya, ia merasa bangga dengan seluruh masyarakat Kota Surabaya. Sebab, dengan rasa kebersamaan dan kekeluargaan, kegiatan khitan massal ini bisa terlaksana. “Ini adalah bentuk edukasi dari sekolah. Kita akan lakukan edukasi lainnya untuk Paud, TK, SD, dan SMP, bekerja sama dengan komite sekolah,” ujar dia.
Di sisi lain, ia mengaku terperangah saat mengetahui ada dua anak yang masih berusia dini, mengikuti pelaksanaan khitan massal tersebut. Karena, dua anak tersebut tidak memperlihatkan rasa ketakutan.
“Maka peran dari guru, orang tua, dan teman sangat berpengaruh pada mentalitas anak. Kita harus menyiapkan suasana yang nyaman di sekolah, serta harus mampu menaikan kemampuan guru dan orang tua untuk memotivasi anak. Pasti anak-anak kita akan menjadi hebat,” kata dia.
“Dalam kegiatan ini juga di ikuti anak berusia 4 tahun dan 7 siswa non muslim. Tujuan kami untuk memberikan edukasi agar menciptkan rasa saling bertoleransi, serta untuk menjaga kesehatan tubuh,” kata Yusuf.
Melalui kegiatan ini, ia berharap, anak-anak akan mulai belajar berinteraksi, mandiri, dan saling menciptakan rasa gotong – royong terhadap sesama.