D-ONENEWS.COM

Kebijakan Belajar di Sekolah Menuai Pro Kontra

Surabaya,(DOC) – Rencana pembukaan sekolah tatap muka di sejumlah wilayah kabupaten/kota, termasuk Surabaya, mendapat dukungan Dewan Pendidikan Jawa Timur.

Dibukanya kembali siswa belajar di sekolah dengan diawali simulasi tatap muka dan penerapan protokol kesehatan secara ketat dapat mengurangi kejenuhan para pelajar selama mengikuti belajar mengajar online melalui media daring.

Isa Anshori salah satu anggota Dewan Pendidikan Jatim menyatakan, bahwa belajar online melalui media daring dianggap kurang efektif dan tak bisa berjalan maksimal.

Sekolah via online, lanjut Isa, dapat berdampak pula pada perkembangan psikososial anak. Mengingat dalam proses belajar mengajar tidak harus semuanya digantikan dengan teknologi, namun pendampingan seorang guru juga sangat diperlukan.

Isa mengaku, sudah mensurvey kegiatan belajar tatap muka di salah satu sekolah wilayah Surabaya Utara.

Menurut dia, para siswa dan tenaga pendidik sudah menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

“Dalam kondisi seperti ini, pemerintah harus hadir di sekolah, tidak hanya menyarankan. Tapi juga membantu anggaran ke sekolah dan wali murid dalam memenuhi protokol kesehatan saat mengikuti sekolah tatap muka,” kata Isa, Rabu(12/8/2020).

Penerapan protokol kesehatan di sekolah-sekolah selama ini hanya mengandalkan dana  Bantuan Operasional Sekolah(BOS). Hal ini, lanjut Isa, bisa melumpuhkan kegiatan-kegiatan sekolah yang dibiayai dari dana BOS.

“Harus ada kebijaksanaan baru dari pemerintah dan tidaklah cukup hanya menyarankan sekolah bahwa dana BOS boleh digunakan. Karena dana BOS itu kan sudah sangat minimum,” tandas Isa.

Ia juga menyarankan dalam proses belajar pelajar dengan tatap muka di sekolah, harus ada pembatasan jumlah siswa dan pengurangan jam pelajaran.

Namun kebijakan pemerintah ini, kembali di tentang oleh anggota legislatif provinsi Jawa Timur.

“Sejak awal saya menentang ada belajar tatap muka di sekolah, meski menerapkan protokol kesehatan secara ketat,” ungkap Adam Rusydi, anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur.

Ia mengaku khawatir, jika dibukanya kembali belajar tatap muka di sekolah dimasa pandemi, akan muncul kluster baru.

“Kalau sudah muncul kluster baru siapa yang menjamin,” pungkasnya.(div)

Loading...

baca juga