Surabaya (DOC) – Bakal Calon Wakil Presiden (Bacawapres) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sore ini mengakhiri Tour de Wali Songo di Makam Sunan Ampel Surabaya.
Sebelum berangkat menuju ke Sunan Ampel, Cak Imin bersama Bakal Calon Presiden (Bacapres) Anies Baswedan menghadiri forum seminar Holaqoh di Hotel Arcadia menyampaikan peran ulama Islam di Indonesia.
“Alhamdulillah saya telah menyelesaikan acara sampai di puncak perjalanan Tour de Wali Songo DPP PKB 2023. Tinggal 1 titik sebentar lagi kita mengakhiri kunjungan Wali Songo ke Sunan Ampel. Semoga semua yang ikut dalam rombongan sehat wal afiat,” tutur Cak Imin dalam sambutannya di Holaqoh Surabaya, Sabtu (9/9/2023).
Cak Imin mengatakan, Tour de Wali Songo ini merupakan acara rutin yang dilakukan. Bahkan kegiatan rutin ini bertepatan dengan deklarasi dan holaqoh.
“Kebetulan tanpa diduga momentumnya tepat sekali seluruh acara serangkaian dengan deklarasi dan puncaknya pada halaqoh pada sore hari ini. Semula saya sendirian menjadi berdua,” ujarnya.
Ia menjelaskan, perjalanan Tour de Wali Songo ini bagian dari napak tilas. Menelusuri perjalanan panjang dakwah islamiah, sekaligus pembangunan peradaban Indonesia. Dimana para wali membawa Islam bukan sekedar memaksa menjadi beragama Islam, tetapi saling bahu membahu.
“Bahkan islam menjadi agama yang dipeluk oleh terbesar umat yang sebelumnya tudak beragama Islam. Alhamdulilah pemeluk umat Islam terbanyak di seluruh dunia. Inilah kehebatan para wali menambahkan dakwa yang kontekstual dan kontemporer,” jelasnya.
Cak Imin menyebut, jika PKB adalah pewaris ajaran dan nilai-nilai yang mengakar dan bersambung. Di sisi lain PKB disebut sebagau pewaris dan mandat sejarah, para wali, ulama, masaid sebelum kemerdekaan hingga kemerdekaan terjaga dengan baik.
“Selain pewaris, sejarah dan lain-lain, maka wajar PKB punya tanggungan dipundaknya bagaikan air deras. Tumbuh berkembang menjadi aliran air yang merata. Air ini tidak boleh lama-lama berhenti. Kalau lama-lama berhenti ngecembeng, kalau lama mambu,” paparnya.
Sementara Anies Baswedan bersyukur bisa mengikuti penghujung Tour de Wali Songo di Makam Sunan Ampel. Karena ia bisa sekaligus pulang kampung.
“Saya dapat bagian Ampel. Bagi saya ke Ampel itu kembali ke kampung halaman saya. Karena mbah saya dulu di Ampel Gading tempat keluarga kami tinggal. Tidak direncanakan berbulan-bulan lalu, rencana kantor pusat,” kata Anies.
Di dalam rangkaian Tour de Wali Songo Cak Imin, terdapat seminar holaqoh menurutnya tidak kalah pentingnya. Anies juga memuji Cak Imin yang melakoni sebagai ketua partai paling lama atau 18 tahun memimpin yang tentunya tidak mudah.
“Saya membayangkan membangun parpol memerlukan stamina fisik, intelektual dan mental yang luar biasa untuk bisa menjalani. Kita bersama-sama membawa pesan yang tidak mudah. Kita ingin Indonesia lebih adil, sejahtera dan bersatu. Setiap dengar kata amin kita aminkan. Sekarang amin yang diaminkan. Bawaslu agak kerepotan mungkin,” jelasnya.
Anies menyebut ada yang menarik, terdapat warisan sejarah yang menjadi beban moril. Khususnya bagaimana PKB membawa warisan sejarah ini untuk menjaga dan memastikan Indonesia menjadi negeri dengan keteduhan seperti para wali memulai dakwah.
Ada pula perbedaan budaya yang amat lebar, tetapi para ulama memiliki kemampuan menyatukan yang berbeda. Anies juga mengibaratkan pola baju yang dijahit.
“Kalau lihat baju ada penjahit yang menyatukan, pasti membuat pola dulu. Pola cocok tinggal jahit, yang repot itu kalau pola ga cocok dan harus dijahit. Pola sama tinggal jahit gampang. Diperlukan keahlian, kebijaksanaan, kemampuan untuk mengelola. Sehingga potongan yang tidak sama menjadi sebuah pakaian yang indah. Itulah Indonesia,” urainya.
Baginya, ini merupakan kesempatan luar biasa mengalami situasi serupa. Karena ada perbedaan, baik sosial, ekonomi, psikologis, yang membuat Indonesia harus dijaga keutuhannya.
Lalu bahasa perekat, lanjut Anies, pihaknya ingin meneruskan menjaga tradisi ini. Bila dijaga, maka tak hanya meneruskan apa yang sudah dikerjakan, tetapi memberi pelajaran menerjemahkan dalam konteks modern dengan rasa tenang dan teduh.
“Bersama Gus Imin menyongsong ini, kita sevisi, kita ingin Indonesia masyarakat teduh dan damai dan Islam hadir memberikan ketenangan keteduhan dan semua bersyukur di Indonesia. Mudah-mudahan hadi forum belajar,” ujarnya.
Setelah kegiatan ini, akan ada kirab yang emnandakan perang sejarah yang harus diteruskan. Artinya, ketika republik di dalam ancaman, maka para santri tidak menjadi penonton di samping, melainkan turun tangan langsung terdepan.
Kemudian ada resolusi jihat dimunculkan dan peristiwa 9 September di Hotel Yamato, 22 Oktober resolusi jihat, 10 November peristiwa pertempuran legendaris. Menurutnya, ini sebuah rangkaian yang mengirimkan pesan kepada seluruh dunia, khususnya peristiwa 10 November secara tempurnya kekuatan besar kita.
“Di balik peristiwa 10 November ada ulama yang membekali dengan doa, ilmu, dan ada ibu dan ayah mengikhlaskan mereka ke medam tempur. Insyallah keluarga kita terus menghadirkan pejuang-pejuang,” pungkasnya. (r6)