Solo,(DOC) – Angkutan kota Batik Solo Tran (BST) yang sebagian besar tak beroperasi karena sepi penumpang selama masa PPKM pandemi Covid-19, dialih fungsikan oleh Pemkot Surakarta sebagai angkutan anta jemput pasien OTG yang memiliki gejala ringan.
Rute trayek BST menjadi tak menentu, tergantung lokasi rumah pasien yang di jemput atau diantar pulang setelah menjalani masa karantina.
Pemanfaatan transportasi massa BST sebagai pengganti mobil ambulance, nampaknya membuat para pasien cukup tenang dan tak merasa kuatir atau was-was.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Apriyani salah satu pasien OTG yang sembuh dari masa karantina di SD Cemara II, Surakarta, Jawa Tengah.
“Jadi tenang dijemput BST ini. beda sekali kalau diantar naik ambulance, perasaan bisa cemas dan tegang yang bisa membuat imun turun,” katanya.
Para pengemudi BST sebagian besar merasa senang, meski armadanya harus beroperasi untuk antar jemput pasien Covid dengan gejala ringan atau OTG, untuk menjalani masa karantina.
Salah satu pengemudi BST Joko mengaku, tidak menjadi masalah dan malah bahagia, ketika dirinya mendapat tugas seperti ini. Apalagi disaat massa PPKM penumpang angkot sangat menurun drastis hingga cenderung sepi.
“Senang dan bahagia dapat beralih tugas sementara sebagai penjemput dan pengantar pasien yang tengah menjalani karantina. Pekerjaan ini adalah ibadah, apalagi kerja kemanusiaan yang tak ternilai harganya,” ungkap Joko.
Diketahui, di wilayah kota Solo, terdapat 7 lokasi pusat karantina pasien OTG Covid-19 yang menggunakan beberapa bangunan sekolah di tengah sistem pembelajaran melalui online.
Disetiap pusat karantina, puluhan angkot BST selalu tersedia disana sebagai sarana tranpsortasi pasien Covid-19.
Pemkot Surakarta selaku penyedia jasa transportasi BST, hanya memperbolehkan pasien OTG atau gejala ringan yang bisa memanfaatkannya. Sementara pasien kritis dan lansia tetap di antar jemput memakai mobil ambulace.(jj/r7)