D-ONENEWS.COM

Dinkes Kota Surabaya Larang Warga Melakukan Fogging Nyamuk DBD

foto : Kepala Dinkes Surabaya Febri Rahmanita

Surabaya,(DOC) – Jumlah pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Surabaya pada 2 bulan terakhir ini mengalami kenaikan. Beberapa warga yang daerahnya terdapat pasien DBD, melakukan upaya pencegahan dengan fogging, sebagai bentuk antisipasi penyebaran virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti.

Namun upaya tersebut justru dilarang oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) kota Surabaya. Alasannya, fogging atas inisiatif warga yang tanpa berkoordinasi dengan Dinkes adalah ‘melanggar’ Peraturan Kementerian Kesehatan (Permenkes) noor 370 Tahun 2010 tentang Pengendalian Vektor.

Daripada melakukan fogging, Dinkes menyarankan agar pemberantasan nyamuk aedes aegypti dilakukan dengan cara semprot menggunakan obat penyemprot nyamuk yang dijual di pasaran.

“Nggak usah pakai fogging, mending pakai bay**n saja,” kata Kepala Dinkes Surabaya Febria Rachmanita seraya menyebut nama salah satu merek obat semprot nyamuk.

Diungkapkan, dalam pelaksanaan fogging adalah menggunakan beberapa campuran obat. Pencampuran yang keliru dikhawatirkan justru malah menimbulkan penyakit lain.

Menurut Feni, sapaan akrab Febria Rachmanita, penyakit tersebut memang tidak akan muncul seketika. Tetapi karena ketidaktahuan penyelenggara, fogging yang dilaksanakan berkali-kali bisa membahayakan manusia.

“(Bahayanya) bisa keracunan lho. Mungkin sekarang tidak, tetapi nanti. Sebab asap fogging itu bagaimana juga akan masuk ke paru-paru,” terangnya.

Karena itu, ia pun dengan tegas meminta agar jika ada kerja bakti fogging, misalnya dari calon legislatif (caleg) agar ditolak. “Kalau dia (calegnya) marah, temukan ke saya,” ujarnya.

Terkait larangan tersebut, anggota Komisi B DPRD Surabaya Baktiono menyatakan aturan fogging sudah diatur. Menurutnya, larangan tidak boleh fogging sembarangan memang benar.

“Jadi ada aturan obatnya seperti apa, campurannya seperti apa. Kalau solar terlalu banyak tidak efektif. Kalau obat terlalu banyak dan campuran tidak mengerti itu juga berbahaya,” ungkap Baktiono.

Anggota fraksi PDIP menambahkan penanganan DBD harus dilakukan secara terkonsep. Misalnya dengan 3M. Hal ini perlu dilakukan oleh seluruh lingkungan. Karena nyamuk aedes aegypti sangat mungkin telah berevolusi.

“Nyamuk aedes aegypti sangat mungkin sudah semakin kebal. Itu sudah diakui para ahli kesehatan,” paparnya.(robby/r7)

Loading...

baca juga