Surabaya,(DOC) – Kejadian pengroyokan yang menimpa sejumlah pelajar SMA Negeri di Surabaya masih dalam proses di Polrestabes Surabaya. Dalam hal ini, Wakil Ketua DPRD Surabaya, AH Thony yang di waduli oleh salah satu wali siswa korban menjelaskan kronologi yang sebenarnya terjadi.
“Jadi waktu itu kan ada pertandingan basket antara dua SMA Negeri. Katakan saja SMA A dan SMA B. Nah, setelah itu terjadilah kekisruhan antar tim yang beda sekolah. Kemudian ada korban yang juga dari SMA A melerai dan menyuruh salah satu yang bertikai untuk pulang, agar perseteruan selesai,” ungkap AH Thony saat di hubungi, Rabu (3/7/2022).
Politisi partai Gerindra ini menjelaskan, bahwa malam hari setelah kejadian, korban di hubungi oleh siswa lain dari SMA A. Ia di minta datang ke suatu lokasi dan menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
“Nah karena dia merasa gak terlibat perseteruan, akhirnya sepakat untuk datang. Lokasinya sekitar kawasan Koblen situ. Ternyata pas sesampainya di lokasi, korban malah di pukuli. Di kiranya, korban adalah murid dari SMA B yang bertikai,” terang Thony.
Thony juga mengatakan, bahwa ada sekitar 20 pengroyok yang terlibat dalam kejadian ini. Bahkan, dalam semalam itu lokasi pengroyokan berpindah-pindah sampai tiga kali. Kejadiannya mulai pukul 12.00 WIB malam sampai pukul 07.00 WIB ke esokkan paginya. Beberapa pelaku, di ketahui merupakan alumni dari SMA tersebut.
“Ini sudah tindakan bar-bar berbahaya, dan merugikan pihak lain. Setelah insiden itu, korban sempat kemudian melapor ke Polsek. Lalu di arahkan untuk ke Polrestabes Surabaya,” kata Thony.
Menurut Thony, sampai sekarang masih belum di lakukan penyelidikan dan masih berupa laporan. Ia juga menyatakan bahwa para pelaku ini bisa di kenai pasal pidana.
“Kami berharap dari pihak kepolisian dapat menindak dengan cepat. Karena kalau tidak, kejadian serupa berpotensi terulang lagi untuk kedepannya. Ini harus ada tindakan tegas soal penegakan hukum,” tandasnya.
Ia menambahkan, potensi tindak pidana ini bukan hanya aksi pengroyokan saja, melainkan juga penyekapan yang di lakukan di sejumlah lokasi. Para pelaku, lanjut Thony, harus di ungkap semua agar pihak kepolisian tidak terkesan menutupi kejadian ini.
“Jadi ini adalah kesalahpahaman yang di picu oleh emosional tak terkendali. Akhirnya ya berujung pada tindak kekerasan. Ini sangat tidak mencerminkan solidaritas di masyarakat Surabaya, sehingga kepolisian harus cepat menyelesaikan masalah ini,” tutup Thony.(r7)