Surabaya,(DOC) – Pembahasan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya 2021-2026 sudah tuntas. Karena itu, Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DPRD Kota Surabaya berpandangan sudah saatnya koperasi digital dimaksimalkan dalam kerja pembangunan di Surabaya lima tahun ke depan.
Sebab, menurut anggota Fraksi PSI, Alfian Limardi, saat ini hanya ada tujuh koperasi digital yang beroperasi di Surabaya.
Lebih jauh, dia menjelaskan, jauh sebelum pandemi, akses permodalan menjadi persoalan klasik yang terus dihadapi para pelaku Usaha Mikro Kecil (UMK). Hantaman krisis Covid-19 saat ini tentu menyebabkan persoalan ini makin besar. Karena itu kebijakan yang telah diberikan Pemkot Surabaya untuk mengatasi problem akses permodalan melalui lembaga keuangan milik BUMD seperti BPR Surya Artha Utama, Bank BPR Jatim dan Bank Jatim patut diapresiasi.
“Alangkah baiknya akses permodalan UMK juga diperluas melalui koperasi digital. Kota Surabaya memiliki modal potensial,”ujar dia, Sabtu (28/8/2021).
Merujuk data BPS 2020, ada 36 persen penduduk Surabaya yang masuk kelompok milenial. Sekitar 86 persen penduduk menggunakan
telepon seluler dan 74 persen penduduk Surabaya mengakses internet. Surabaya punya 30 ribuan UMK dan 380-an koperasi di Surabaya yang terakreditasi A.
“PSI optimistis dengan kondisi seperti itu koperasi digital dapat tumbuh subur di Surabaya. Hal ini juga sejalan dengan spirit Pemerintah Pusat yang menghendaki agar koperasi di Indonesia dibuat lebih adaptif,” tandas dia.
Alfian yang juga anggota Komisi B DPRD Kota Surabaya menyatakan, terwujudnya koperasi digital juga tidak terlepas dari adanya dukungan perguruan tinggi, pelaku usaha, komunitas dan media atau dikenal dengan pilar pentahelix melalui kolaborasi.
Perlu diingat bahwa koperasi merupakan soko guru perekonomian Indonesia. Semangat gotong-royong dan solidaritas, dari dan untuk anggota perlu dikobarkan hingga menjangkau kelompok generasi milenial.
“Selama ini generasi milenial cenderung memandang koperasi sebagai lembaga yang kolot, konvensional, dan hanya untuk kalangan orang tua. Sudah saatnya persepsi seperti ini diubah. Anak milenial kan kreatif, melek teknologi dan cenderung praktis. Karena itu, koperasi perlu melakukan transformasi dirinya dengan menampilkan wajah baru,” tandas dia.
Dengan demikian, lanjut Alfian, hadirnya koperasi digital menjadi peluang untuk bisa menggaet anggota baru, khususnya para pelaku UMK milenial. (dhi/r7)