D-ONENEWS.COM

Gagal Di EURO – 2, Industri Otomotif Indonesia Baiknya Adopsi EURO – 6

forwotJakarta, (DOC) – Indonesia sebaiknya langsung menerapkan standar Euro-6 di industri otomotifnya dari standar Euro 2 yang diterapkan sejak 2003. Jika menerapkan standar Euro-4, Indonesia akan semakin ketinggalan dibandingkan Thailand yang sudah menerapkan Euro-4 sejak 2012.
Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal, mengatakan Indonesia bisa menerapkan standar Euro-6 pada periode 2021-2022, karena kilang baru PT Pertamina sudah selesai dan berproduksi mulai 2019. Alih-alih untuk produksi bahan bakar minyak standar Euro-4, kilang baru tersebut sebaiknya didesain untuk produk Euro-6. Apalagi biaya investasinya tidak jauh berbeda.
Standar Euro-6 diperlukan karena adanya tuntutan gas buang (emisi) yang semakin tinggi, supaya ramah lingkungan. Misalnya, kadar gas CO hanya 1 gram/km, HC 0,10 g/km, NOx 0,06 g/km. Mesin standar Euro-6 membutuhkan kualitas bahan bakar tinggi sehingga terjadi pembakaran sempurna serta hemat konsumsi bahan bakar.
“Strategi loncat ke standar Euro-6 dari Euro-2 juga untuk memenangi perdagangan otomotif di kawasan regional. Lupakan Euro-4,” kata Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal.
Di regional Asia Tenggara (ASEAN), Indonesia sangat tertinggal karena menggunakan standar Euro-2. Padahal hampir seluruh negara di ASEAN sudah adopsi Euro-4, seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina. Bahkan Singapura sudah menerapkan Euro-5.
Akibatnya, produk otomotif Indonesia kalah bersaing di pasar ASEAN, terutama dari Thailand. Berkat lebih dulu menerapkan Euro-4, volume ekspor produk otomotif Thailand mencapai 2 juta unit. Sedangkan Indonesia hanya 200 ribu unit.
Kata Ahmad, Indonesia harus berani menjadi pemain di pasar otomotif ASEAN dengan lebih cepat adopsi standar Euro-6. Indonesia jangan hanya dijadikan pasar otomotif. Jika terlambat adopsi teknologi terbaru, maka Indonesia akan semakin tertinggal. “Di Euro-2 Indonesia sudah kalah, maka itu lupakan Euro-2.”
Tri Yuswidjajanto dari LAPI ITB sekaligus konsultan PT Pertamina berpendapat adopsi standar Euro harus dilakukan secara bertahap. Tidak bisa langsung dari Euro-2 ke Euro-6. Maka itu, diperlukan pembuatan roadmap standar Euro-6 yang melibatkan pihak pabrikan otomotif dan pemasok bahan bakarnya. “Namun memnag tuntutan emisi semakin tinggi sehingga ada kebutuhan mesin berstandar Euro-6.”
Yohannes Nangoi, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pernah mengatakan Gaikindo mempunyai road map industri otomotif Indonesia mengarah ke standar Euro-4. Untuk itu diperlukan kesiapan dari semua pemangku kepentingan, seperti pemerintah, agen pemegang merek (APM), dan pemasok bahan bakar dalam hal ini PT Pertamina.
Secara prinsip, Gaikindo mengarahkan produk otomotif yang beredar di Indonesia merupakan produk yang ramah lingkungan dan hemat bahan bakar. Selain penerapan teknologi mesin dengan standar Euro-4, Gaikindo juga melihat prinsipal sudah mengarah mengembangkan mobil dengan mesin hybrid dan listrik.(mdk/r7)

Loading...