D-ONENEWS.COM

Rumah Padat Karya Menuai Pujian dan Kritikan, Beberapa Alami Titik Jenuh

Ekonomi Bangkit dari Surabaya, Wali Kota Pahlawannya

(Sessi-3)

 

Foto : Lapangan basket mini di rumah padat karya ‘Viaduct’ Gubeng

Surabaya,(DOC) – Gagasan brilian Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi untuk mengentas kemiskinan dan mengurangi pengangguran dengan program Padat Karya menuai pujian dari kalangan politisi nasional hingga DPRD kota Surabaya.

Di sela safari nya di Kota Pahlawan, Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, Rabu(9/11/2022) menyempatkan mengunjungi Rumah Padat Karya “Viaduct” di Jalan Nias, Kecamatan Gubeng Surabaya.

Padat Karya berkonsep café yang menyajikan beragam kuliner khas Surabaya, lengkap dengan barbershop dan lapangan basket mini sangat di kagumi Hasto. Apalagi arsitektur bangunannya di buat kuno dan nampak terawat.

Ia bertambah kagum lagi, ketika mengetahui “Viaduct” ini memperkerjakan 25 masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan 100 orang warga sebagai pemasok bahan makanan.

“Saya kira ini luar biasa. Bagaimana sebuah aset pemerintah kota di dedikasikan untuk membuka lapangan kerja bagi rakyat. Ini merupakan respons kebijakan yang baik untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Sebuah langkah tepat saat kita ke depan di bayangi ketidakpastian ekonomi global,” ujar Hasto.

Foto : Hasto Kristiyanto bersama Sekjen DPD Jatim dan Ketua DPC PDIP Surabaya

“Saya dorong para kader partai melakukan hal-hal konkrit dalam menciptakan lapangan kerja,” sambung Hasto lagi.

Rumah padat karya “Viaduct” kecamatan Gubeng, lokasinya memang cukup strategis, yakni di tengah kota Surabaya. Sehingga banyak pengunjung yang mampir, terutama tamu-tamu penting dari berbagai daerah.

Namun tidak demikian bagi rumah padat karya yang jauh dari pusat Kota Surabaya. Para pelaku UMKM dan MBR yang mengais rejeki di rumah Padat Karya pinggiran kota, kebanyakan mengeluhkan sepi pengunjung.

Hal ini seperti yang terjadi di rumah padat karya Sememi, Kecamatan Benowo, Kota Surabaya.

Banyak tempat usaha yang di sajikan di rumah padat karya, di Jalan Sememi Jaya II ini. Di antaranya, cuci motor dan mobil, rumah laundry, kuliner warung penyetan, mie ayam, es puter dan aneka minuman dingin. Namun sayangnya kesemuanya terlihat sepi dan lengang.

Tim redaksi d-onenews mendatangi rumah padat karya Sememi dan memantau aktivitas usaha di sana, mulai pukul 13.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB.

Selama 2(dua) jam waktu berlalu, tak nampak pengunjung yang hilir-mudik untuk menghampiri rumah padat Karya Sememi ini. Tim hanya melihat dua anggota kepolisian yang nongkrong ‘Ngopi’ di salah satu stand rumah padat karya Sememi. Itu pun waktunya tak berlangsung lama, yakni sekira 10 menitan.

rumah padat karya di Jalan Sememi Jaya II Surabaya
Foto: rumah padat karya di Jalan Sememi Jaya II

Menurut pengakuan Indah Astuti, salah satu pelaku UMKM, penjual mie ayam dan minuman herbal(Saridele, Sinom dan Cincau serut), bahwa beberapa rumah Padat Karya Sememi, masih mengalami kesulitan dalam mencari pelanggan dan pendapatan bulanan yang pasti. Bahkan mereka harus mencari cara dalam mempertahankan bisnisnya.

“Untuk penghasilan bulanan saya sendiri belum bisa pasti karena memang pembeli jarang datang. Bahkan pernah 2-3 hari, benar-benar tidak ada pengunjung datang,” ungkap Indah, Rabu(09/11/2022).

Indah merupakan salah satu Masyarakat Berpenghasilan Rendah(MBR) yang ikut program padat karya Sememi. Hambatan yang ia rasakan, yakni posisi berjualan kurang strategis dan kurangnya pendampingan SDM.

Padahal jika di jalankan dengan benar, sambung Indah, program ini sangat membantu MBR dalam mendapatkan pekerjaan dan ingin memiliki penghasilan lebih.

Namun justru kekurangan-kekurangan dalam hal penempatan lokasi jualan dan pelatihan teknis, menjadikan program ini di nilai kurang efektif. Sehingga pelaku UMKM di padat karya Sememi, harus memutar otak untuk menutupi kerugiannya.

“Tempatnya juga tidak strategis. Seperti sentra kuliner di taruh belakang cuci mobil. Jadi saat orang melintas, ya ngiranya ini tempat cuci mobil dan tidak tahu bahwa di dalam ada sentra kuliner,” kata Indah.

“Akhirnya kita ya harus cari cara buat nutupin rugi. Kalau saya nutupinya dari penjualan minuman herbal ke rumah sakit BDH(Bhakti Darma Husada,red) dan titip ke penjual jajanan sekitar. Hasilnya buat nutupin biaya mie ayam,” imbuhnya.

rumah padat karya Sememi Jaya II
Foto : Stand Kuliner di rumah Padat Karya Sememi

Hal lain yang menjadi hambatan menurutnya adalah soal pemasaran untuk meningkatan kesadaran pelanggan akan produk yang mereka tawarkan.

Indah menyampaikan, bahwa upaya pemasaran Rumah Padat Karya Sememi yang sekarang hanya pada tahap penjualan online melalui aplikasi-aplikasi ojek online dan e-commerce.

Itu-pun melalui kepanjangan tangan dari para mahasiswa UNESA dan bukan berasal dari pihak Pemkot Surabaya.

Upaya mengurai problematika di rumah padat karya ini, lanjut Indah, baru dari Camat Sememi yang akan mengadakan event bazar dan panggung hiburan setiap minggu.

“Nanti tanggal (29/11/2022) akan ada bazar dan di buat seperti ‘kya-kya mini’. Setiap malam minggu akan ada panggung. Bahkan ada voucher yang bisa di pakai di sini(rumah padat karya Sememi,red). Pak camat juga memberi arahan kepada para PNS untuk makan disini. Jadi kalau ada yang datang, kami akan potret untuk data di kantor kecamatan,” pungkas Indah.

Kondisi ini tentunya sangat berbanding terbalik dengan rumah Padat Karya lainnya. Pasalnya, di luar Sememi, terdapat sejumlah daerah yang sudah mampu mengentas kemiskinan lewat program Padat Karya ini. Salah satunya adalah Kampung Jahit Nusantara yang berada di RW-10, Kelurahan Manukan Kulon, Kecamatan Tandes, Surabaya.

Bahkan sejumlah sumber menyebutkan, penghasilan MBR yang bekerja di Kampung Jahit Nusantara mencapai Rp 8 juta – Rp 10 juta perbulan

Kampung Jahit Nusantara di Manukan, Tandes Surabaya
Foto : pekerja MBR di Kampung Jahit Nusantara

Camat Tandes Febriadithya Prajatara membenarkan, jika program Padat Karya di wilayahnya sudah nampak hasil positifnya. Keberhasilan Kampung Jahit Nusantara sudah di nikmati oleh warga.

“Ada beberapa yang sudah lepas dari status MBR. Setelah mengikuti program dari Pemkot ini. Karena memang penjualan mereka sangat pesat. Kami juga berupaya mempromosikan ke sekolah swasta dan negeri untuk membeli seragam di Kampung Jahit Manukan. Lalu juga mengajak kerjasama beberapa brand yang memang sudah punya nama. Agar mereka memesan baju di Kampung Jahit Manukan,” ungkap Febriadithya, saat di wawancarai, Kamis(10/11/2022).

Pada program padat karya ini, segala macam bentuk fasilitas yang di butuhkan oleh MBR sudah tersedia semua. Tujuannya agar bisa membuka lapangan pekerjaan baru melalui usaha sendiri.

Fasilitas itu berupa tempat atau lahan yang tidak sewa, listrik dan air gratis serta berbagai peralatan penunjang lainnya.

“Padat karya di buat untuk warga tidak berlomba-lomba menjadi pegawai atau PNS. Jadi cukup dengan kreatifitasnya saja, warga bisa mendapatkan penghasilan lumayan, bahkan lebih dari penghasilan PNS. Karena Kampung Jahit sudah berjalan, maka pihak kecamatan hanya memantau dan mengawal seluruh produksi, penjualan dan menampung keluhan,” ujar pria yang sebelumnya menjabat Camat Karangpilang ini.

Kapung Jahit Nusantara
Foto: pekerja dari MBR di Kampung Jahit Nusantara

Febri sapaan akrabnya menjelaskan, bahwa di Kampung Jahit Nusantara ini, sekarang menyerap 84 MBR sebagai tenaga kerja. Gagasan membuka padat karya jahit ini, merupakan keinginan dari warga Manukan sendiri.

“Untuk program padat karya kampung jahit menyerap 84 MBR. Sebenarnya ada 23 item usaha yang bisa di usulkan sebagai program padat karya. Tapi Manukan memilih membuka usaha menjahit, karena banyak yang ahli jahit,” pungkas Febri.

Program rumah padat karya memang bisa menjadi harapan untuk memutar roda perekonomian kota Surabaya. Sehingga kalangan DPRD kota Surabaya memberikan support penuh atas program tersebut.

Tepat pada tanggal 10 November 2022, APBD kota Surabaya tahun 2023 di sahkan dengan kekuatan anggaran sebesar Rp 11,2 triliun lebih. Total kekuatan APBD 2023 itu, 40 persen anggaran akan di alokasikan untuk program rumah padat karya dan pemberdayaan UMKM.

Foto: Pimpinan DPRD dan Wali Kota Surabaya di sela sidang paripurna pengesahan APBD 2023

Wakil Ketua DPRD kota Surabaya, AH Thony berharap, Pemkot Surabaya mampu mengentas kemiskinan dan mengurangi pengangguran dengan pengembangan program padat karya.

Ia mengusulkan padat karya berbasis zona kawasan, agar tercipta sirkulasi ekonomi tiap-tiap daerah yang menunjang bangkitnya perekonomian bangsa, khususnya Surabaya.

“Padat Karya Zona Kawasan itu, maksutnya per beberapa kecamatan di satukan usahanya. Bisa 3 atau sampai 5 kecamatan. Masing-masing kecamatan memiliki peran,” katanya.

Dalam program padat karya, lanjut Thony, terdapat 23 item usaha dan pekerjaan. Mulai dari pertanian, peternakan, cuci kendaraan, laundry, kuliner dan lainnya.

“Agar effektif di gabung per-zona. Jadi nanti ada kecamatan yang menjadi tempat berjualannya. Lalu kecamatan lainnya sebagai pemasok bahan. Sehingga semua terserap. Sekarang kan, cuma program padat karya pembuatan paving dan menjahit saja yang berhasil. Lha yang lainnya mana?,” pungkas politisi Gerindra Surabaya ini.(tamat)

Penulis : Vialentina Khifinanda Safira

Loading...

baca juga