D-ONENEWS.COM

Sampah Jadi Uang Lewat Bank Sampah, Reni Astuti; Warga Jambangan Sudah Membuktikan

Surabaya,(DOC) – Meski sudah di akui dunia dan bahkan telah di adopsi oleh beberapa daerah, namun sistem pengelolaan sampah di kota Surabaya perlu terus di perhatikan konsistensinya.

Upaya inilah yang dilakukan oleh Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya, Reni Astuti dalam kegiatannya menyambangi warga di kecamatan Jambangan.

Politisi perempuan asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, Minggu(27/1/2019), menyambangi Bank Sampah di wilayah Jambangan, dan bahkan turut serta berbaur membersihkan sampah bersama warga.

Kegiatan unggulan warga Jambangan ini memang rutin dilakukan setiap minggu, agar bank sampah tetap terawat dan menjadi percontohan daerah-daerah lain.

Dalam kesempatan itu, Reni mengaku sudah sering bertemu dengan ibu-ibu sebagai bentuk support dan menyambung silaturahmi, agar program unggulan Surabaya ini dapat dikenal terus sebagai kota bersih dan hijau.

Kontribusi dan partisipasi masyarakat dalam mengelola bank sampah di Jambangan, dianggap Reni, sangat luar biasa, terutama dalam bergotong royong.

“Bisa mengurangi sampah yang di TPA, dengan banyaknya bank sampah ini juga membantu Pemkot Surabaya pada pelestarian lingkungan, kebersihan. Karena warga yang mengumpulkan dapat mengurangi sampah di TPA Benowo,” kata Reni saat di bank sampah RT 2 Jambangan, Minggu (27/1/2019) pagi.

Wakil Ketua Fraksi PKS DPRD kota Surabaya ini, menjelaskan, untuk bank sampah di RT 8, dibuka pada pukul 07.00 Wib dan masing-masing warga langsung menaruh sampah rumah tangga yang sudah dipilah yakni sampah kering berupa kertas, botol, gelas, plastik.

Tak lama kemudian kader lingkungan yang berasal dari warganya sendiri, menimbang sampah kering tersebut dan mencatatnya dalam buku tabungan.

“Setelah dicatat, kemudian dipilah-pilah,  setelah itu dibersihkan, dikumpulkan di glangsing (karung) kemudian ada pengepul yang akan datang kerja sama dengan bank sampah,” urainya.

Selain itu, lanjut Reni, disediakan juga bank sampak induk Surabaya, seperti yang ada di RT 2 Jambangan. Gunanya untuk mengambil sampah yang akan digantikan dengan uang oleh pengepul.

“Dana itulah yang kemudian nanti menjadi tabungan buat keluarga, yang menjadi anggota bank sampah, yang sudah menaruh sampah di tempat itu (bank sampah), lalu di catat dan tiap tahunnya diambil. Memang nilainya tidak banyak, tapi akhirnya bernilai. Yang selama ini dibuang sekarang bernilai,” ujarnya.

Ia sangat mengapresiasi kegiatan warga Jambangan ini, yang tampak sederhana namun tersirat makna yang luar biasa didalamnya.

Di program ini, menurut Reni, terdapat unsur kerja sama, gotong-royong, serta kepedulian terhadap lingkungan yang  dapat mengurangi pembuangan sampah ke TPA Benowo.

“Otomatis itu akan mengurangi pembiayaan APBD untuk mengolah TPA Benowo. Pesan saya, terus memotivasi agar pengolahan bank sampah ini terus berlangsung dan terus punya inovasi-inovasi sehingga mereka bisa terus memajukan,” pesannya.

Sementara itu, Yulia Ratna Purwani, Ketua Bank Sampah Pitoe, RT-7/RW-3 Jambangan, mengatakan, bank sampah di wilayahnya telah eksis sejak tahun 2012 lalu. Melalui program ini, sekarang masyarakat tidak malu-malu ke pemulung dan langsung ke bang sampah.

“Hal ini merupakan model pembelajaran masyarakat yang cepat untuk mengelola lingkungannya sendiri,” kata Yulia.

Ia menjelaskan, warga RW 3 Jambangan yang dulunya menggunakan sistem sosial, ketika harus mengikuti lomba juklak bank sampah, warga harus mempelajari dan menggali juklak. Pada saat lounching dan pengumuman lomba, rupanya malah menjadi pemenang dengan kategori The Best di tahun 2014 dengan sistem pengolahan sampah kering di Surabaya. Juga mampu menarik kerja sama pihak-luar.

“Sehingga kerja sama itu mengalir banyak di tempat kami, PLN, PRI, mewakili SBY ikut Rakernas bang sampah nasional di Palembang, jadi salah satu kur BRI tahun 2017. Ada beberapa kerja sama dengan Swiss dengan pengelolaan limbah sampah untuk dijadikan BSF (Black Soldier Flies) untuk pembuatan bahan dasar makanan ternak, pembibitan belatung dari sampah basah,” jelasnya.

Di wilayah Jambangan pun warganya turun langsung dalam memilih sampah dan dibersihkan, karena pengepul memiliki list harga sendiri. Untuk sampah bersih harganya sekian per kilo serta  barang kotor dan campur harganya sekian, hal ini tergantung pada warga yang menyetor.(r7)

Loading...