D-ONENEWS.COM

Begini Respon Pemkot Terkait Pernyataan Surabaya Bisa Jadi Wuhan

Foto: M. Fikser

Surabaya,(DOC) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menanggapi pernyataan terkait wilayah Kota Pahlawan seperti Kota Wuhan, Tiongkok. Tanggapan tersebut disampaikan oleh Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya M. Fikser.

Ia menyampaikan bahwa saat ini Pemkot Surabaya tengah berjuang keras untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Jika dalam prosesnya memang terjadi penambahan kasus, itu lantaran pemkot menggelar rapid test dan swab secara masif dan massal di level bawah.

“Tentuya itu mempengaruhi hasil. Ya kita berusaha untuk tidak terjadi seperti di Wuhan. Siapa yang menginginkan itu. Saya yakin yang menyampaikan juga tidak menginginkan seperti itu,” kata Fikser, saat di temui seusai acara Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) di Gedung DPRD Kota Surabaya, Kamis (28/5/2020).

Fikser menjelaskan, sedari awal Pemkot Surabaya membuka diri dan menerima bantuan serta dukungan dari semua pihak. Ia pun berterima kasih atas bantuan dari pemerintah pusat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Inteligen Negara (BIN) yang bersedia memberikan bantuan untuk meminjamkan mobil laboratorium agar persoalan ini dapat segera teratasi.

“Kita terbuka selama ini menerima dukungan semua pihak. Kita berharap yang menyampaikan itu bisa bergabung di gugus tugas Surabaya. Untuk sama-sama kita melakukan penanganan itu,” tegas dia.

Selain itu, Kepala Dinas Kominfo ini menyampaikan sekitar 22 ribu lebih rapid test sudah dilakukan di berbagai wilayah di Kota Pahlawan. Dari angka itu, warga yang hasil rapidnya reaktif langsung dilakukan isolasi di hotel dan dipisahkan dengan anggota keluarganya sembari melakukan test swab sampai hasilnya keluar.

“Jika positif tapi kondisinya baik, maka kami rawat di Asrama Haji Sukolilo. Tetapi jika kondisi pasien mengalami keluhan maka kami rawat di rumah sakit,” urainya.

Bahkan, Fikser pun menegaskan bahwa pemerintah kota juga menambah kapasitas ruangan di dua rumah sakit milik pemkot. Yakni RSUD dr Sowandhie berjumlah 40 dan RS Bhakti Darma Husada (BDH) sebanyak 100 orang. “Ada juga RS Husada Utama dan RS Siloam yang siap menampung. Tentu kami sampaikan Terima kasih,” paparnya.

Pada kesempatan itu, ia juga berterima kasih kepada TNI dan Polri yang turut membantu pemerintah kota dalam menghadapi pandemi ini. Terutama saat di lapangan. Dari semua itu, ia juga menyebut bahwa saat ini masyarakat juga dilibatkan aktif melalui Kampung Wani Jogo Suroboyo.

“Mereka (warga) di dorong sebagai garda terdepan. Untuk melakukan pemutusan mata rantai dari level kampung dan saling bergotong royong menghentikan pandemi ini,” pungkas dia.

Sebelumnya, Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Pemprov Jatim, yang juga Direktur Utama RSU dr Soetomo, dokter Joni Wahyuhadi menyampaikan, bahwa data pasien Covid-19 di Surabaya sudah mencapai 65 persen.

“Ada 65 persen Covid ada di Surabaya Raya. Ini tidak main-main, Surabaya bisa jadi Wuhan kalau warganya tidak disiplin,” katanya, Rabu(27/5/2020).

Dia pun meminta warga di Surabaya Raya, khususnya di Surabaya, untuk patuh terhadap aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang saat ini diberlakukan untuk kali ketiga, dari 26 Mei sampai 8 Juni 2020.

Ia juga menyebut, total 4.112 kasus yang ada di Jawa Timur pada Rabu (27/5/2020), bahwa Surabaya menyumbang 2.216 kasus. Lalu, Sidoarjo dan Gresik, yang termasuk dalam wilayah Surabaya Raya menyumbang masing-masing 565 kasus dan 153 kasus. Tiga daerah di Surabaya Raya tersebut menduduki tiga teratas dalam menyumbang kasus Covid-19 di Jatim.

Joni mengaku terkadang menangis di dalam hati saat melihat suasana di tengah masyarakat saat pandemi corona masih mengancam. “Terus terang saya menangis melihat pasar-pasar di Surabaya. Saya bandingkan dengan keadaan di rumah sakit,” jelasnya.(robby/r7/hm)

Loading...

baca juga