D-ONENEWS.COM

Komisi D Monitoring Hilir Bengawan Solo untuk Tekan Bencana Banjir

Foto: Kuswanto

Surabaya (DOC)- Bencana banjir di wilayah Jabodetabek yang banyak menelan korban mendorong Komisi D DPRD Jatim untuk bersikap waspada agar peristiwa itu tidak terjadi di wilayah Jawa Timur. Khususnya daerah yang dilewati Sungai Bengawan Solo.
Untuk itu, Komisi D langsung berkunjung ke Balai Besar Sungai Bengawan Solo (BBWS). Dalam kunjungan tersebut sekaligus melakukan monitoring di hilir Bengawan Solo yang selama ini menjadi momok banjir di empat wilayah di Jatim, yakni Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan Tuban, serta sebagian Surabaya.
Ketua Komisi D DPRD Jatim Kuswanto mengatakan, diawal agenda kerja Komisi D di tahun 2020, jauh hari telah mempersiapkan monitoring pengelolaan Sungai Bengawan Solo yang melintasi wilayah Jawa Timur. Tepatnya di bagian hilir sungai yang selama ini menjadi langganan banjir Luapan Bengawan Solo di empat daerah tadi.
“Kali ini Komisi D melihat efektivitas sudetan floodway di Plangwot, Kecamatan Laren, Lamongan,” kata Kuswanto, Jumat (3/1/2020).
Plangwot sendiri, menurut Kuswanto, bukan istilah asing, melainkan nama sebuah desa di Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan.
Politisi asal Partai Demokrat ini mengungkapkan, ketika berdiskusi dengan PPK Sungai dan Pantai II dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo dan Jasa Tirta, didapat informasi jika bagian hilir dari Bengawan Solo debit air yang masuk maksimal adalah 3000 m3/ detik.
Sehingga, langkah awal untuk mewaspadai aliran air yang begitu besar di wilayah Lamongan dan Gresik serta sebagian Surabaya, maka dibuat sudetan yang dilengkapi dgn tiga pintu air menuju floodway dengan kemampuan mengarahkan arus air lebih cepat menuju pantai yg jaraknya 12,3 Km dan menampung debit air sebesar 640 m3/detik.
“Dari hasil monitoring, baru satu pintu air yang diselesaikan dalam program dan anggaran kerja tahun 2019. Sedangkan untuk program dan anggaran kerja tahun 2020 telah disiapkan membangun satu pintu air lagi. Sehingga kapasitas sudetan nantinya menjadi 1000 m3/detik,” terang Kuswanto.
Berdasarkan pengamatan dan hasil diskusi di lapangan, jika kapasitas sudetan sudah mencapai 1000 m3/detik maka akan memberikan rasa aman untuk wilayah hilir dari Bengawan Solo. Sehingga, Komisi D memberikan perhatian utama untuk aliran Sungai Bengawan Solo. Sebab, hampir menjadi rutinitas tahunan ke empat wilayah tersebut selalu menjadi langganan banjir hingga melanda perkampungan di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo.
Sebenarnya, lanjut Kuswanto, ada satu lokasi lagi yang direncanakan untuk sudetan, yaitu di Rawa Jabung, Kabupaten Tuban. Hanya saja, proses penyelesaiannya masih butuh waktu terkait pembebasan tanah. Sehingga, untuk sementara hanya dimanfaatkan sebagai waduk penampungan. Harapannya, hal ini akan membantu memperkecil debit air yang menuju wilayah hilir dari Bengawan Solo,” ujarnya.
Lebih jauh dikatakan, Komisi D memang telah berikhtiar untuk mengecilkan risiko bencana di wilayah Jawa Timur dengan melakukan kunjungan ke sejumlah lokasi atau titik yang dianggap penting.
Selain itu, Komisi D juga berharap agar di pergantian musim ini terhindar dari bencana. (jipin)

Loading...

baca juga