D-ONENEWS.COM

Lestarikan Kawasan Kota Tua, Surabaya Siap Jadi Primadona Wisatawan

Foto: Jembatan Merah dan Kya-kya Kembang Jepun di siang hari

Surabaya,(DOC) – Predikat “Kota Pahlawan” hanya di sandang oleh Surabaya. Sehingga banyak berdiri bangunan-bangunan kuno, terutama di wilayah utara.

Deretan bangunan kuno yang sebagian telah masuk dalam daftar cagar budaya itu, sering di namai sebagai “Kawasan Kota Tua”. Terletak di Surabaya Utara yang terbentang di dua kecamatan, yaitu Pabean Cantikan dan Krembangan.

Kawasan Kota Tua terbelah oleh Sungai Kalimas yang dulu menjadi salah satu jalur transportasi perdagangan VOC.

Tampak di sisi barat Sungai Kalimas terdapat bangunan kuno dengan arsitektur Eropa, yang konon pernah menjadi pusat perdagangan dan aktivitas pemerintahan Belanda. Sementara di sisi timur Kalimas, berjajar bangunan rumah tua dengan desain China yang dulu sebagai tempat tinggal warga Tionghua.

Pada tahun 1945 silam. “Jembatan Merah” penghubung kawasan Kota Tua juga menjadi saksi bisu. Perjuangan “Arek-arek Suroboyo” mengusir penjajah hingga tewasnya perwira tertinggi Inggris Brigadir Jenderal Mallaby.

Foto: Kawasan Wisata Heritage Peneleh saat malam hari

Salah satu perkampungan di  kawasan Kota Tua, juga terdapat rumah bersejarah yang dulu sebagai tempat lahir sang Proklamotor Presiden RI pertama Ir. Soekarno.

Di tengah-tengah kawasan Kota Tua juga terdapat perkampungan Arab dengan masjid Ampel yang hingga kini terus di kunjungi oleh para wisatawan untuk berziarah ke Sunan Ampel.

Kandungan nilai sejarah ini, menjadi inspirasi bagi pemerintah kota (Pemkot) Surabaya dalam menghidupkan kembali Kota Tua sebagai destinasi wisata. Apalagi bisa memikat para wisatawan yang ingin menikmati seni dan budaya sejarah, hingga kuliner serta kerajinan tangan.

“Semangat kami adalah membuktikan bahwa Surabaya bukan hanya sebuah Kota Jasa Transit. Tapi juga memiliki sejarah yang luar biasa. Kita buat destinasi wisata yang terintergrasi di Kota Tua,” ungkap Wali kota Surabaya Eri Cahyadi, saat melakukan pertemuan para pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Surabaya di ruang kerjanya, Jumat(22/9/2023) lalu.

Wali Kota Eri menambahkan, tim Pemkot Surabaya tengah membuat master plan pengembangan kawasan Kota Tua Surabaya. Dengan melibatkan warga, akademisi, praktisi dan komunitas, di antaranya Begandring dan SMSI Surabaya.

Foto: Pemandangan di pinggir bantaran sungai Kalimas, dibalik belakang Jalur Wisata Becak di Jalan Karet

Sejumlah pihak yang terlibat dalam penataan Kota Tua, akan memberikan masukan soal desain kawasan Eropa, China, Kampung Bersejarah, termasuk kawasan religi Ampel. Kemudian Pemkot yang mengatur tata ruang, fungsi bangunan, infrastruktur, fasilitas umum, transportasi hingga kegiatan ekonominya.

Ia menjelaskan, penataan Jalan Kembang Jepun yang sudah di garap menjadi Kya-Kya. Sekarang tengah intens berjalan komunitas Begandring yang menata Wisata Heritage kawasan Peneleh dan Kampung Maspati.

Di kampung tersebut terdapat rumah lahir Presiden Soekarno (Bung Karno) dan tempat tinggal pahlawan nasional HOS Tjokroaminoto.

“Sekarang ada usulan desain lagi dari komunitas penataan bangunan kuno di Jalan Karet dan sebagian bantaran Sungai Kalimas yang sekarang jadi tempat parkir truk untuk bongkar muat barang,” imbuhnya.

Wali Kota Eri juga sependapat dengan masukan dan usulan sejumlah pihak terkait destinasi Wisata Heritage Surabaya yang terkoneksi, mulai dari Kota Tua, Kya-kya Kembang Jepun, Jembatan Merah, Rumah Lahir Bung Karno, Pos Blok yang segera di resmikan, Tunjungan Romansa, Alun-alun Surabaya, Museum Pendidikan dan Wisata Perahu Kalimas.

Foto: Pinggiran Sungai Kalimas Belakang Jalur Wisata Becak di Jalan Karet

Dari pantauan di lokasi, memang penataan Kawasan Kota Tua sudah berjalan sebagian, terutama di jalan Karet menuju ke Jalan Kembang Jepun. Di jalan tersebut sudah di tetapkan sebagai lokasi Becak Wisata dengan pendestrian untuk pejalan kaki yang sudah di buat lebar, komplit dengan pernak-pernik lampu lampion.

Kendala yang menjadi pekerjaan Pemkot Surabaya untuk menghidupkan kembali Kota Tua, yakni merawat seluruh bangunan kuno yang kini kondisinya rusak.

Di tambah lagi problem sosial di kawasan Surabaya Utara, seperti tingginya tingkat kriminalitas, banyaknya sampah dan rawan banjir. Hal ini yang membuat kawasan Kota Tua nampak sepi dari aktivitas warga ketika malam hari.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya, Wiwiek Widayati mengatakan, Kya-kya Kembang Jepun masuk dalam penataan Kota Tua Zona Pecinan.

Untuk mengurai problem tersebut, pihaknya telah menambah fasilitas pendukung, seperti penerangan lampu jalan (PJU), pemasangan CCTV, penambahan tempat-tempat sampah dan toilet umum. Selain melakukan penataan jalur pejalan kaki dan lalu lintas kendaraan bermotor.

Foto: Salah satu bangunan Kuno di Jalur Wisata Becak di Jalan Karet di Malam Hari yang sudah di renovasi dengan desain lampu lampion dan pendestrian untuk pejalan kaki

Rencananya Pemkot Surabaya juga akan menjalankan program Car Free Night di setiap akhir pekan, untuk mengurai kemacetan dan mengurangi polusi udara.

“Zona Pecinan Kya-kya Kembang Jepun merupakat pusat kuliner dan belanja. Makanannya khas Surabaya dan Tiongkok. Ada rujak cingur, rawon, soto ayam, mie ayam, bakso malang, siomay bandung, dim sum, dan banyak lagi,” ucap Wiwiek saat konferensi pers di kantor Diskominfo Surabaya, Selasa(3/10/2023) lalu.

Ia menegaskan, pengembangan kawasan Kota Tua Surabaya di lakukan dengan memperhatikan seluruh aspek, termasuk lingkungan hidup.

Menerapkan prinsip ramah lingkungan dalam mengelola sampah, air bersih, sanitasi, drainase, dan energi terbarukan. “Kita ingin kawasan Kota Tua Surabaya tidak hanya menjadi destinasi wisata, tapi juga menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam hal pelestarian lingkungan,” tandasnya.

Penataan Kota Tua, sambung Wiwiek, fokus awal pada pengembangan dua kawasan sisi timur dan barat Sungai Kalimas. Yaitu zona Eropa (barat Sungai) dan zona Pecinan (timur Sungai). Kedua zona tersebut akan di konekkan dengan kampung Arab di sekitar Masjid Ampel Surabaya.

Foto: Jembatan Merah di malam hari yang terlihat cukup lengang

Pusat zona Eropa terletak di taman tertua di Surabaya, yakni Taman Jayengrono. Luas taman ini sekitar 1,5 hektare yang di kelilingi bangunan-bangunan bersejarah. Seperti Museum De Javasche Bank, Gedung Cerutu, Markas Polrestabes Surabaya, dan Gedung Singa.

“Di taman ini ada monumen peringatan pertempuran 10 November antara rakyat Surabaya melawan tentara Belanda,” kata Wiwiek menambahkan.

Renovasi bangunan-bangunan kuno yang berada di sekeliling taman akan di garap untuk mempercantik zona Eropa. Termasuk penambahan fasilitas umum lainnya dan pemasangan CCTV.

Jalur pesepeda, kendaraan bermotor dan pejalan kaki akan di atur untuk mengurangi polusi udara. Di samping penerapan sistem park and ride, untuk lahan parkir di luar kawasan Kota Tua dan penyediaan angkutan umum gratis menuju ke kawasan tersebut.

Berbeda dengan Zona Pecinan, di Zona Eropa para komunitas seni dan budaya akan di rangkul untuk menggelar berbagai kegiatan secara rutin. “Kegiatan yang bisa rutin, seperti festival musik hingga bazar UMKM. Tujuannya agar memberi ruang berekspresi para seniman dan meningkatkan daya tarik wisatawan,” katanya.

“Harapan kita zona Eropa dapat hidup dan dinamis. Kita memang menonjolkan sisi modern dari Surabaya lewat seni dan budaya. Dengan begitu menunjukkan Surabaya adalah kota kreatif dan inovatif,” tambah Wiwiek Widayati.

Foto: AH Thony (pakai topi) Legislator Penggerak Budaya dan Nanang Purwono Ketua Komunitas Begandring Surabaya

Sementara itu, AH Thony Penggerak Budaya yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Surabaya menaruh harapan besar terhadap pengembangan dan penataan Kota Tua agar bisa terwujud. Mengingat nilai Sejarah yang terkandung di dalam Kota Tua, di yakini bisa mendatangkan minat investasi.

“Mungkin lebih heroik lagi desainnya, terutama di spot-spot bersejarah. Kalau perlu memajang mobilnya Mallaby di Jembatan Merah dan setiap hari ada drama perang-perangan. Pasti punya kesan,” katanya.

Ketua Komunitas Begandring Nanang Purwono, melengkapi usulan penataan dan pengembangan kawasan Kota Tua dengan memuat seluruh tulisan nama jalan maupun gedung bersejarah dengan aksara Jawa atau istilah belanda dan cina.

“Aksara jawa, tulisan Belanda dan China di buat per Zona di kawasan Kota Tua. Akan lebih melestarikan budaya yang terkandung di dalamnya. Kemudian di buat warung apung di Kalimas dengan tulisan Belanda yang menggambarkan bahwa dulu Kalimas sebagai jalur transportasi perdagangan VOC,” ucap Nanang.

Wakil Ketua Komisi B DPRD kota Surabaya selaku Penggerak UMKM, Anas Karno menyambut baik di hidupkannya lagi Wisata Kota Tua. Apalagi warga sekitar turut terlibat untuk mendapat keuntungan secara ekonomi.

“Ada benefit untuk warga kalau kawasan Kota Tua di tata ulang. Warga bisa mengelola parkir atau membuka usaha dengan berjualan kuliner dan sebagainya. Saya sudah cek, kalau warga di situ sangat mendukung. Otomatis mereka juga akan menjaga keamanan kawasan Kota Tua nanti,” tandas Anas Karno.(robby)

Loading...

baca juga