D-ONENEWS.COM

Program Bedah Rumah di Desa Jatirejo Dinilai Tidak Sesuai

Lumajang,(DOC) – Pelaksanaan bedah rumah di Desa Jatirejo, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang yang ramai menjadi perbincangan warga, disinyalir kerap nuasa kong kalikong atau tipu-tipuan.

Karena awalnya warga yang menerima tidak berfikir lain. Akan tetapi pasca pencairan dana diwaktu sebelumnya, warga bertanya – tanya, rincian belanja, yang hingga kini tak diketahui oleh warga penerima.

Mendapati informasi tersebut sejumlah awak media menemui Supadi (68) warga Dusun Jatisari Desa Jatorejo.

Dirinya menceritakan, mulanya dia dipanggil ke Balai Desa Jatirejo sekira pertengahan bulan lalu, katanya mau menerima uang 10 juta untuk bedah rumah.

“Tapi saat dibawa ke Kecamatan, uangnya saya suru megang, lalu difoto, lalu setelah itu uangnya diambil lagi, saya tidak menerima uang,” terang Supadi, Kamis (29/8/2019).

Ketika ditanya, siapa yang mengambil kembali, pria separuh baya itu menjawab seorang staf Desa Jatirejo bernama Siti Rokaya. “Dia Siti seorang staf desa,” kata Supadi.

Sewaktu di Kecamatan pihaknya menerima dua kali, pertama 5 juta, dan yang kedua 5 juta, akan tetapi semua diambil Bu Siti.

“Di Kecamatan diterima, dan langsung diambil lagi. Saya terima dua kali, pertama 5 juta dan yang kedua 5 jTapi itu semua diambil Bu Siti. Saya cuma diberi tau, ini biayanya bedah rumah,” imbuh Supadi.

Dia menambahkan, pasca hal itu. Tak lama datang material bangunan ke rumahnya berupa batako sebanyak 500 biji, pasir 1 motora sekira 2,5 kubik, kapur gamping 5 kuintal, semen 4 karung tak lama ditambah 1 jadi 5 karung.

“Pohon bayur, tiang penyangga teras awalnya dapat 3 biji, tapi yang 1 dibawa katanya dioper. Jadi yang dipakai disini 2 biji,” terang Supadi.

Lalu terang dia, kalsiboard dari 17 lembar yang didapat, sisa 7 itupun dibawa pergi. Masih seperti ucapan semula, dioper ke tempat lain.

Padahal, pengamatan didalam rumah Supadi, ada dinding anyaman bambu, dan kalau kalsiboard sisa tersebut dijadikan pengganti, maka akan memperbagus hasil.

Belum lagi, tembok bagian utara rumah Supadi jadi satu dengan rumah anaknya. Setakad diwarna hijau dengan cat. Nampak bambu tiang penyangga karena memang tak ada dinding, melainkan numpang ke rumah sebelah milik anaknya.

“Kalau di kalkulasi totalnya ya tidak sampai 10 juta,” pungkas Supadi.

Pengakuan tak jauh berbeda, juga disampaikan Santo (38), se dusun dengan Supadi. Ia bercerita, jika dalam pelaksanaan bedah rumah di desanya itu. Dirasa tidak ada keterbukaan. Material yang diterimapun, dirasa tak sesuai dengan dana yang dianggarkan.

Bahkan Santo mengaku, kayu usuk teras, ia beli sendiri. Tiang penyangga dan asbes rumahnya yang lama kembali dipasang.

Atas ketidak wajaran akan pelaksanaan bedah rumah di Desa Jatirejo Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang itu, akan diadukan ke Mapolres Lumajang Jawa Timur.

Terpisah, ketika ditemui awak media Siti Rokayah, tim pelaksana bedah rumah di Desa Jatirejo meyakini, jika pihaknya sudah bekerja sesuai dengan prosedur yang ada.

“Kalau anggaran yang sesuai dengan RAP, itu tidak ada pemotongan sama sekali. Sesuai dengan RAP yang ada. Soalnya kita kerja bukan main – main, kita sesuai dengan aturan yang berlaku,” kata Siti.

Dia menerangkan, tim perumahan sendiri sudah mensurve ke penerima langsung (rumah yang bersangkutan.

Ternyata kata dia, disitu sudah menjelaskan kalau perolehan dana bedah rumah itu, mulanya tahap 1 dapat 7,5 juta, bukan 5 juta.

“Katanya pihak Kabupaten sendiri bukan berupa uang, dijelaskan dari awal, penerima itu menerimakan setelah itu diterimakan kembali sama tim pelaksana. Sedangkan tahapan yang ke-2, itu dapat lagi 2,5 juta,” imbuh Siti.

Siti mengaku, rincian harga tertera semua. Berbeda dengan apa yang di utarakan Nur Hayati, saat pihak kebupaten meminta menotal keseluruhan, katanya, Siti terkesan diam.

Ditanya soal asbes yang dipindah, Siti mengakui jika saat itu pihaknya mendroping per unit (rumah) itu sebanyak 15 lembar, akan tetapi menurutnya, yang dipasang mengacu pada tingkat kebutuhan yang ada.

“Kalau disitu cuma 7 lembar, otomatis kita kan sesuaikan dengan yang dipasang, ya 7 lembar itu. Sama dengan yang di RAP itu kan 7 lembar. Berhubung saya kasi 15 lembar saya kasi disitu, ketimbang bolak – balik, mending kita drop 15 disana, ada kekurangan nanti diambil,” ucap Siti.

Ketika jika tidak ada kekurangan, sisanya ditaruh dimana, Siti mulai melenceng, jawabannya malah menjelaskan kalsiboard.

“Tidak mungkin terlalu banyak, karena perumah itu tidak sama. Ada yang dapat 22 kalsiboard, ada yang 25 kalsiboard, dan ada juga seperti Supadi itu, 7 kalsiboard, kan tidak sama,” jelas Siti.

Hal itu kata Siti, tidak mempengaruhi nilai anggaran, karena memang disesuaikan dengan kebutuhan.(imam)

Loading...

baca juga