D-ONENEWS.COM

Cahaya Terang Dalam Sentuhan, Balai Abiyoso Cetak Literasi Braille Bagi PSDN

Jakarta,(DOC) – Gedung bercat hijau tosca dan merah bata menjadi ‘kawah candra dimuka’ bagi netra agar melihat cahaya terang melalui meraba dari buku.

Tak berlebihan disematkan kepada Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) Abiyoso, Cimahi, Jawa Barat, sebab, di sana buku-buku untuk para netra diproduksi massal.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Kementerian Sosial ini, merupakan tempat satu-satunya yang mengelola literasi braille bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (PDSN).

“Visi Kami jadi lembaga Pengelola, rujukan nasional dan laboratorium literasi braille yang berkualitas guna meningkatkan Kesejahteraan Sosial PDSN di Indonesia, ” ujar Kepala Balai Abiyoso, Cimahi, Isep Sepriyan di Bandung, akhir pekan lalu.

Mewujudkan kemajuan literasi PDSN, selain memproduksi buku braille, buku bicara dan aplikasi audio mobile library, juga melaksanakan sejumlah program untuk memenuhi kebutuhan literasi, sekaligus meningkatkan kemampuan literasi.

Program literasi bagi PDSN meliputi bioskop berbisik, pelatihan baca/tulis braille (latin dan arab), pelatihan teknologi informasi, perpustakaan keliling, pembentukan braille corner di berbagai perpustakaan di seluruh wilayah Indonesia.

“Termasuk, storytelling, pameran literasi, workshop, pencetakan buku braille dan buku bicara, pencetakan dan penerbitan majalah Gema Braille, ” ujar Isep.

Abiyoso diambil dari nama Resi Wiyasa (Mahabharata). Ia putra Resi Palasara dari pertapaan Retawu, dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basuketi, raja Wirata.

Abiyasa memiliki sifat dan perwatakan; pandai, sangat cerdas, arif bijaksana, alim, soleh, berwibawa, limpad dan linuwih.

“Juga, memiliki keistimewaan, seperti ahli bertapa, ahli nujum, ahli pengobatan, memiliki ilmu kesaktian, ahli tata negara dan tata pemerintahan, ” ungkap Isep.

Hingga kini, terdapat 11 mesin  untuk memproduksi literasi dalam format buku bagi para netra menggunakan buatan Norwegia dalam ragam merek dan tipe.

“Mesin produksi buku buatan Norwegia dan baru-baru ini akan datang bantuan dari Kementerian Sosial untuk memperkuat mesin-mesin yang sudah uzur,” katanya.

Seiring kebutuhan juga ada Alquran dalam format braille, namun karena tidak bisa dicetak secara bolak balik maka untuk satu juz perlu setumpuk kertas yang tebal.

“Permintaan Alquran braille terus meningkat, sebab untuk membuat satu juz saja perlu kertas yang tebal karena tidak bisa dicetak secara bolak-balik, ” katanya.

Selama pandemi Covid-19 kegiatan balai belum normal seperti biasa. Namun, seiring masa adaptasi kebiasaan baru kegiatan di akhir tahun baru bisa berjalan.

“Pada masa pandemi berimbas pada kegiatan di balai, seiring adaptasi kebiasaan baru di akhir tahun bisa menggelar kegiatan dengan protokol kesehatan, ” katanya.(robby/hm)

Loading...

baca juga