D-ONENEWS.COM

Klaster Wilayah Stunting di Jatim, Tiga Daerah Tergolong Sangat Tinggi

Surabaya, (DOC) – Tiga daerah di Jatim masuk dalam kelompok dengan angka stunting sangat tinggi. Ketiga daerah tersebut adalah Kabupaten Jember, Kabupaten Bndowoso, dan Kabupaten Situbondo.

Demikian hasil riset mutakhir yang enciety Business Consult (eBC), lembaga konsultan bisnis yang bermarkas di Kota Surabaya.

Temuan tiga daerah dengan angka stunting sangat tinggi itu diketahui dari hasil pengelompokan dengan menggunakan pendekatan hierarchical clustering (klaster hirarki). Di mana dalam pengelompokan tersebut menunjukkan wilayah yang memiliki kesamaan proporsi stuntingnya,

“Basis data pengelompokan ini diolah dari Hasil Survei Status Gizi Indonesia 2022 dari Kementerian Kesehatan,” jelas Unung Istopo Hartanto, Data Mining Manager eBC, Senin (13/11/2023).

Unung lalu menjelaskan, rata-rata stunting di masing-masing kelompok dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur dibedakan lima kluster. Masing-masing klaster memiliki rata-rata angka stunting yang bervariasi.

Klaster Satu, untuk daerah yang angka rata-rata stuntingnya sangat tinggi, yakni 32,6 persen. Daerah yang masuk di klaster ini adalah Kabupaten Jember (34,9 persen), Kabupaten Bondowoso (32 persen), dan Kabupaten Situbondo (30,9 persen).

Klaster Kedua, untuk daerah yang angla rata-rata stuntingnya tinggi, yakni 25,19. Ada sembilan daerah yang masuk klaster ini, yaitu Kabupaten Ngawi (28,5 persen), Kabupaten Lamongan (27,5 persen), Kabupaten Bangkalan (26,2 persen), Kota Batu (25,2 persen), Kabupaten Tuban (24,9 persen), Kabupaten Bojonegoto (24,3 persen), Kabupaten Lumajang (23,8 persen), Kota Probolinggo (23,3 persen, dan Kabupaten Malang (23 persen).

“Kalau dilihat dari letak geografis, maka kelompok klaster dua ini terdapat pada bagian wilayah Pantura dan sebagian selatan Jatim,” papar Unung.

Klaster Ketiga, untuk daerah angka rata-rata stuntingnya sedang, yakni 18,28 persen. Di kelompok ini ada 18 daerah, yaitu Kabupaten Jombang (22,1 persen), Kabupaten Kediri (21,6 persen), Kabupaten Sumenep (21,6), Kota Pasuruan (21,1 persen), Kabupaten Pacitan (20,6 persen), Kabupaten Pasuruan (20,5 persen), Kabupaten Nganjuk (20 persen).

Selain itu, ada Kabupaten Trenggalek (19,5 persen), Kabupaten Banyuwangi (18,1 persen), Kota Malang (18 persen), Kabu[aten Madiun (17,6 persen) Kabupaten Tulungagung (17,3 persen), Kabupaten Probolinggo 17,3 persen), Kabupaten Sidoarjo (16.1 persen), Kabupaten Magetan (14,9 persen), Kabupaten Blitar, 14,3 persen), Kota Kediri (14,3 persen), dan Kabupaten Ponorogo (14,2 persen).

Klaster Empat, untuk daerah yang tergolong rendah dengan rata-rata angka stunting 11, 2 persen. Yakni, Kota Madiun (9,7 persen), Kabupaten Gresik (10,7 persen), Kabupaten Mojokerto (11,6), dan Kota Blitar (12,8 persen).

Klaster Lima, untuk daerah yang tergolong sangat rendah dengan rata-rata angka stunting 7,05 persen. Daerah yang masuk di klaster ini, Kota Surabaya (4,8 persen), Kabupaten Sampang (6,9 persen), Kabupaten Pamekasan (8,1 persen), Kota Mojokerto (8,4 persen).

Menurut Unung, dari hasil pengelompokan ini ada kecenderungan masing-masing daerah, secara spasial berdekatan.

Namun yang menarik ada di Klaster Lima, dimana secara spasial ada dua kelompok, yakni Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan, serta Kota Surabaya dan Kota Mojokerto.

“Dari data menunjukkan Sampang dan Pamekasan mampu menekan angka stunting di atas Kota Mojokerto, bahkan hampir menyamai Kota Surabaya,” tandas Unung. (r6)

Loading...

baca juga